Drs. Totok Ary Prabowo, MS, MA dikenal sebagai orang rendah hati bagi banyak kalangan. Bagi kalangan aktivis mahasiswa di Jakarta tahun 1990'an, sosok Totok sudah pasti menjadi sosok yang tidak asing lagi karena di Ibukota negara itulah Totok banyak bermasyarakat. Meskipun sekolahnya berpindah-pindah mengikuti tugas orangtuanya yang PNS, Totok ternyta dihormati orang Temanggung, tempat kelahiran kedua orang tuanya, kakek dan mbah buyutnya.
Jasanya, meskipun kecil, dan yang hingga kini tidak dilupakan adalah membangun Masjid Al Furqon di daerah Bulu, Temanggung. Tanpa banyak orang tahu, setiap gaji yang diterimanya dibagi dua, sebagian untuk istrinya dan sebagian diserahkan termasuk honor-honornya untuk membangun Masjid itu hingga mencapai kondisi 90% .
Totok dikenal sebagai orang yang netral, meskipun ia pernah didapuk sebagai Mustasyar PCNU Temanggung, karena kakek buyut nya semua adalah NU, ia juga dekat dengan tokoh-tokoh Muhamadyah Temanggung. Masyarakat berbagai kalangan, baik Islam, Kristen dan Budha di Temanggung dirangkulnya untuk membangun desa yang ketika itu masih banyak yang miskin dan tertinggal. Saat Totok belum dilantik Temanggung masih menganggap pembangunan desa bukan prioritas, berbalik 180 derajat ketika ia menjadi Bupati, Temanggung mulai membangun desa dari wilayah pedusunan. Sehingga tidak heran Totok dikenal sebagai Bupati Ndeso, bupati yang kerap bicara membangun desa.
Saya ingat sekali figur pak Totok yang tidak mau terjebak dalam persoalan perbedaan. Dia mengajak masyarakat untuk melupakan setiap perbedaan dan bersatu bersama-sama membangun desa. Dana APBD diarahkan sebagian besar ke desa-desa. Visi yang luas dan mulia. Gebrakan membangun desa itu pada akhirnya menginspirasi semua kepala desa di Jawa untuk membentuk "Parade Nusantara". Seorang Kepala Desa bernama Sudir Santoso yang berteman baik dengan Totok, akhinya membawa aspirasi besar itu kepada DPR RI membentuk paguyuban Parade Nusantara guna memperjuangkan "dana desa" sama seperti yang Totok lakukan pertama di Temanggung.
Disaat infrastruktur desa-desa di Temanggung masih tertinggal, jaringan irigasi yang hancur tak terawat, dan fasilitas kesehatan desa yang minim, munculah pak Totok sebagai penggagas awal gerakan pembangunan dari dusun guna meningkatkan ketiga persoalan mendasar di pedesaan. Hal lain yang saya ingat adalah sosoknya yang sederhana. Dia bisa saja berkunjung ke desa-desa tidur di rumah penduduk, dan blusukan tanpa protokoler jauh sebelum program " blusukan terkenal di era Jokowi sekarang ini.
Sebagai seorang pemimpin, dia juga manajer yang handal. Saat baru terpilih, Pemda Temanggung dibebani hutang dengan defisit anggaran 2003 sebesar 32 Milyar, baru satu tahun keadaan itu dibalikkan dengan efisiensi berbagai pengeluaran akhir tahun anggaran 2004 APBD temanggung surplus 5 Milyar, sebuah prestasi yang patut dibanggakan saat itu karena setelah ditinggal pak Totok , Temanggung selalu defisit anggaran hingga saat ini, 2015.
Hal yang lain adalah sikapnya yang rendah hati dimanapun berada.Sebagai tokoh muda banyak berbagul di seluruh lapisan masyarakat hingga ia dikenal dengan sebagi seorang Bupati nDeso. Ia dicintai masyarakat dan semua kepala desa di Temanggung, hingga kini pak Totok masih dikenang dan selalu ada di hati kami masyarakat Temanggung.
Kini hanya kenangan dan Nostalgia, doa kami selalu untuk pak Totok sekeluarga....salam hormat kami semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H