Lihat ke Halaman Asli

Kejadian di Bumi

Diperbarui: 19 September 2016   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Untuk Bumi,

Terimakasih awalnya karna kamu memberikan aku kehidupan ditempatmu ini. Aku sangat bersyukur karna kamu rela diinja-injak oleh teman-temanku. Kamu memang sungguh kuat, bisa bertahan sampai berabad-abad.

Ada beberapa hal yang aku sesali. Baru-baru ini ada banyak kejadian alam seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus, banjir bandang, angin puting beliung, dan lain-lain. Aku sedih karena keluargaku terkena salah satu dari kerusakan alam itu. Aku sangat sedih, karna harta-harta milik keluargaku di Aceh terhanyut oleh aliran banjir yang lalu menggenangi pemukiman warga disana. Keluargaku untungnya selamat dan tak terkena luka apapun. Beruntungnya keluargaku, tetangga-tetangga disekitar keluargaku ada yang kehilangan anaknya, hanyut bersamaan dengan banjir, ada yang kehilangan segala harta kekayaannya, ada yang kehilangan baju-baju dan masih banyak lagi.

Aku harus bagaimana, bumi? Aku bingung harus berbuat apa. Orang-orang disekitarku banyak yang membuang sampah sembarangan dijalan maupun di selokan. Banyak tetanggaku membuang limbah rumah tangga ke sungai yang membuat sungai didekat rumahku kotor berwarna coklat. Aku mau mengingatkan kepada tetanggaku tapi selalu saja aku disepelekan. Aku mau mengingatkan teman-temanku, aku dipandang jelek. Sebenarnya aku juga kasihan kepadamu, karna kamu jadi sakit setiap kali dan berkali-kali. Aku tau kamu jadi sakit tidak hanya karna limbah atau sampah, juga alat pelindungmu seperti lapisan ozon semakin menipis karena orang-orang disekitarku banyak menimbulkan gas karbon dioksida. Kamu jadi semakin panas dardipada sedia kala. Nasib paru-parumu juga ikut terancam. Pepohonan dimana-mana sekarang dibakar, ditebangi dan digunduli karena serakahnya pemilik pabik ingin mengambil semua sumber daya alam. Memang, semua yang disediakan olehmu dibabat habis oleh orang-orang.

Aku merasa iri dengan kehidupanmu dulu, dijaman dimana setiap orang tuaku keluar rumah, selalu menghirup nafas segar dan menyejukan. Dimana belum banyak kendaraan bermotor dan pepohonan disekitar rumah rindang yang menyejukan pandangan dan hati. Dulu dimana orang tuaku bermain kesana-kemari karna susanan yang sejuk yang menghendaki mereka bermain dari siang sampai sore. Kamu pun pasti sangat senang kan? Senang melihat dirimu masih sehat bugar, tidak merasa terbebani, tidak banyak “penyakit” yang mendatangimu. Dulu dimana kalau hujan bukannya lalu menghindari hujan, tapi malah bermain-main dengan hujan itu. Aku ingin sekali merasakan bagaimana serunya bermain hujan-hujanan bersama teman-temanku. Tapi, sekarang malah hujan harus dihindari karna itu menyebabkan badanku sakit.

Aku tau kalau kamu itu sungguh baik kepada kamu, bumi. Kamu sudah memberikan kami lahan untuk beretani dan berladang. Dilahan itu, kami menanam kebun kopi, kebun teh, tanaman jagung, tanaman tebu, dan banyak lagi. Disaat kekeringan, kamu memberikan kami rintik-rintik air yang namanya hujan. Air-air yang kamu berikan membuat tanah lebih subur dan kami bisa menjual hasil panen yang terbaik ke khalayak masyarakat. Kamu memberi kami langit sehingga kami bisa melihat banyaknya bintang-bintang yang bergemerlap cantik berwarna-warni dilangit malam hari. Bintang-bintang itu lalu dapat kami nikmati untuk bersantai dan berefleksi. Kamu memperbolehkan sinar matahari masuk ke dalam bumi, yang memberi kami cahaya untuk berjalan kemana-mana, yang membuat kami bisa melihat berbagai macam hal yang awalnya tidak nampak. Sinar bulan juga kamu perbolehkan untuk sampai ke tempatmu, sehingga kami bisa tetap melihat dimalah hari yang gelap dan sunyi ini.

Semua didunia ini memang punya sisi benar dan salah. Banyak orang-orang ditempatmu ini menganggap bahwa kamulah sumber bencana yang ada. Kamulah yang membuat retakan-retakan akibat dari gempa bumi dan meluluh lantahkan gedung-gedung pencakar langit dan sekitarnya. Kamulah yang membuat air meluap sehingga terjadi banjir yang menerjang berbagai tempat disudut-sudut dunia. Kamulah yang menyebabkan manusia tidak bisa merasakan sinar matahari selama beberapa minggu karna gunung berapi yang meletus dan menyebarkan asap-asap vulkanik yang lalu menghalangi sinar matahari. 

Kamu yang menyebabkan dirimu sendiri jadi semakin panas karna lapisan ozon tidak bisa menahan panasnya sinar matahari. Banyak teori oleh manusia menyalahkanmu dan malah tidak berterima kasih atas kebaikanmu selama ini. Masih banyak orang yang tidak peduli akan keadaanmu sekarang ini. Walau sudah diperingatkan untuk membuang sampah pada temaptnya, masih saja banyak orang membuang sampah sembarangan dan akhirnya menimbulkan banjir kepada orang lain disekitar sungai.

Aku juga mengakui kalau aku dan keluargaku berbuat banyak kesalahan terhadap kamu. Aku membuang limbah plastik sembarangan, aku membuang limbah kesungai yang lalu mengakibatkan banjir dimana-mana. Ada saudaraku yang membabati hutan-hutan sehingga hutan itu jadi gundul hanya untuk mencari keuntugannya sendiri dan tidak memperdulikan nasib hewan-hewan yang tinggal didalam hutan itu.

Semua manusia tidak luput dari kesalahan. Sepeduli apapun manusia atau keluargaku, pastilah kami semua punya kesalahan tersendiri. Tidak mungkin ada manusia yang benar-benar tidak melakukan kesalahan apapun. Tapi aku yakin kalau kami semua harus dan pastinya bisa berubah. Bagaimana pendapatmu, bumi?

Salam Hangat,

Doni




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline