Lihat ke Halaman Asli

Eka Sarmila

Long Life Learner

Membaca Siklus Belanja Masyarakat Indonesia: Ini Tips Supaya Jualan Tetap Cuan!

Diperbarui: 12 Agustus 2023   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto. Freestockcenter dari Freepik.com

Daya beli turun jadi permasalahan untuk para pengusaha. Hal ini bisa berbuntut panjang, bukan cuma sekadar mempengaruhi perolehan keuntungan saja.  Melainkan pada mata rantai perputaran uang, terutama bagi para pelaku kegiatan ekonomi. 

Memasuki kuartal III di bulan Agustus ini, pelaku UMKM mengeluhkan terjadi penurunan daya beli masyarakat. Misalnya, mengutip dari Kompas.tv, meskipun terjadi penurunan bahan pokok di Pasar Peterongan Semarang, daya beli masyarakat justru ikut turun. 

Sayangnya, hal ini justru berbanding terbalik dengan penjualan barang sekunder bahkan tersier. Misalnya, mengutip dari lama kompas.com, memasuki kuartal I tahun ini Corporate Affairs Leads Tokopedia Antonia Adega, menuturkan bahwa penjualan mobil dan motor listrik ditempatnya naik 4 kali dan 10 kali lipat.

Menarik! Lantas, pihak mana saja sih yang sejatinya mengalami penurunan daya beli? atau sejatinya memang tidak ada penurunan daya beli pada masyarakat?

Pergeseran Cara dan Waktu Belanja Masyarakat

Foto. Freepik.com

Dua hal yang cukup kontradiktif dan menurut saya layak untuk didiskusikan. Kok, bisa sih, terjadi penurunan daya beli bahan pokok yang merupakan kebutuhan primer. Sedangkan kebutuhan sekundernya malah naik.

Bahkan, kalaupun dikatakan belum pulih sepenuhnya. Coba deh, cek berapa banyak orang yang mengeluhkan tidak mendapatkan tiket konser. Maksudnya adalah, meskipun dikatakan sulit nyatanya banyak orang yang masih mampu untuk memenuhi kebutuhan tersiernya.

Hal ini bisa jadi cerminan bagi para pelaku usaha. Bahwa pasca pandemi, kita telah mengalami pergeseran cara dan waktu belanja. Jika cermat, sejatinya kita bisa membaca kalau sebenarnya masyarakat memiliki siklus dan pola belanja yang cenderung homogen.

Misalnya, kini orang tidak lagi datang langsung untuk berbelanja walaupun pandemi dinyatakan telah berakhir. Meskipun, mall di ibu kota ataupun kota besar sudah terlihat lebih ramai dari biasanya. Kok bisa demikian?

Orang datang ke pusat perbelanjaan hanya untuk melihat-lihat. Alasan utamanya, jika sebuah barang menyediakan toko online dan offline. Orang cenderung berbelanja pada toko online karena harganya lebih murah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline