Semasa kanak-kanak, gigi bungsu yang tanggal adalah hal biasa. Toh, ini merupakan bagian dari salah satu fase tumbuh kembang anak. Fase ini, bisa jadi masalah. Misalnya, pada pengalaman adik saya saat masih berusia 5 tahun.
Saat gigi susunya mulai tanggal, entah mengapa harus bolak balik ke dokter gigi. Alasannya, karena gigi baru tumbuh terlebih dahulu sebelum gigi susunya copot.
Alhasil, karena tidak berani asal cabut proses pencopotan gigi susu ini mesti dibawa ke dokter gigi. Untungnya, hal ini bisa dilakukan di puskesmas. Dulu, belum ada BPJS dan biaya ditanggung mandiri. Harganya pun sangat terjangkau.
Pemeriksaan gigi rutin secara berkala terus digaungkan. Mulai dari petugas kesehatan hingga iklan produk pasta gigi. Semua mengkampanyekan pentingnya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Sayangnya, kebiasaan ini hanya dianggap sebagai kampanye belaka. Padahal imbauan yang diberikan juga tidak berat, minimal senantiasa menyikat gigi setidaknya pada pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
Praktik Sikat Gigi yang Salah Makanan Manis Bagi Anak-Anak
Meskipun sudah ramai dikampanyekan di TV hingga media sosial, nyatanya praktik menyikat gigi sesuai anjuran masih tidak dilakukan. Apalagi, pada anak-anak di waktu sebelum tidur.
Umumnya, orang tua sudah merasa lelah dengan aktivitas harian. Anak-anak pun juga lelah dan akhirnya mereka tertidur dengan sisa makanan yang ada di mulut.
Alhasil, pada usia anak-anak tidak jarang dijumpai karang gigi dan gigi berlubang. Belum lagi, makanan manis jadi andalan para orang tua. Pasalnya, pada saat anak merengek banyak yang ingin selesai serba instan.
Misalnya, ya udah kasih aja permen, cokelat, dan makanan manis lainnya. Padahal gula memiliki sifat menurunkan pH mulut. Artinya, jika kadar pH dalam mulut menurun, maka bakteri akan mudah masuk.