Nama Ida Dayak dan Mbah Slamet kian viral di berbagai pemberitaan. Keduanya diperbincangkan, karena kemampuan tak lazimnya. Ida Dayak viral, karena pengobatan alternatifnya.
Begitupun Mbah Slamet viral, karena menipu 12 korbannya hingga meregangg nyawa dengan dalih sebagai dukun sakti yang mampu menggadakan uang.
Dua fenomena ini sungguh menarik perhatian. Pasalnya, meskipun teknologi telah berkembang secara masif di kancah internasional tetap saja belum mampu menggantikan eksistensi kepercayaan budaya lokal.
Misalnya, pada pengobatan alternatif Ida Dayak. Sejak kemunculannya, banyak warga berdatangan mengharapkan pertolongan sebagai upaya jalan untuk menuju kesembuhan.
Pengobatan alternatif memang selalu menimbulkan pro dan kontra. Pihak-pihak yang lebih percaya pertolongan kedokteran dan medis beranggapan bahwa pengobatan alternatif belum teruji secara klinis.
Sehingga, efektivitasnya secara empiris belum terbukti keberhasilannya. Begitupun sebaliknya, bagi yang lebih percaya pengobatan alternatif pengobatan kedokteran di rumah sakit dianggap cenderung memakan waktu yang lama dan biaya yang besar.
Kemudian berkembanglah asumsi bahwa pengobatan alternatif mampu memberikan hasil yang instan dengan biaya yang lebih terjangkau.
Apakah Pengobatan Alternatif Lebih Murah daripada Pengobatan Rumah Sakit?
Mahalnya biaya rumah sakit bikin orang gigit jari. Pengalaman berobat menjadi pasien umum di sebuah rumah sakit Jakarta, setidaknya sekali berkunjung ke poliklinik mesti menyiapkan budget Rp 500.000 hingga Rp 1000.000.
Ceritanya, waktu itu saya berobat ke Poli THT di sebuah rumah sakit pemerintah. Tahun itu 2019, telinga saya sakit dan hampir tidak mampu mendengar. Biaya yang dikeluarkan antara lain, biaya registrasi sebesar Rp 150.000, biaya jasa dokter Rp 150.000, tindakan Rp 100.000, dan obat Rp 100.000.