Lihat ke Halaman Asli

Dendam 7 Turunan, Ternyata Bikin Lengan Kaku. Kok Bisa?

Diperbarui: 3 Mei 2017   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang anak laki-laki usia 16 tahun sebutlah namanya Riko datang dengan keluhan tangan kiri kaku tidak bisa digerakkan, utamnya saat memegang busur. Keluhan ini dirasakan dari beberapa bulan tanpa ia sadari penyebabnya. Awalnya Riko yang juga seorang atlet pemula cabang Panahan ini mengira, kaku tangan kirinya disebabkan latihan terlalu banyak. Kemudian Riko memijat tangannya pada seorang tukang pijat, melakukan pemanasan dan pendinginan lebih lama, namun semuanya tidak menjawab keluhan Riko. Sampai pada suatu saat ayah Riko mencoba untuk memeriksakan tangan Riko ke Dokter. 

Dari pemeriksaan tidak didapat kelaian anatomis dan fisiologi, hanya saja bobot Riko yang agak tambun diperkirakan menyebabkan otot mengalami kelelahan jika menahan beban busur terlalu lama. Kemudian Riko mencoba diet dan dalam dua minggu berhasil turun 4 Kg, namun penurunan berat badan ini tidak merubah keaadaan. Riko menjadi khawatir dengan kondisi lengan kirinya dimana pertandingan sudah didepan mata. Kemudian Riko mendapat informasi dari sebuah buku terbitan Gramedia Pustaka yang berjudul Miracles On Demand, dimana dalam salah satu bab Riko mendapatkan persamaan gejala dari 33 kasus yang diurai oleh 33 praktisi Hipnoterapis dari Adi W Gunawan Institute didalam buku tersebut.

Singkat cerita Riko telah mengisii intake form dan melalui sesi wawancara dengan lancar, disimpulkan ada kemungkinan program pikiran yang menyebkan tangan kiri Riko menjadi kaku. Dengan suatu teknik komunikasi dengan pikiran bawah sadar Riko, didapat bahwa akar masalah yang menyebabkan tangan kiri Riko kaku adalah emosi takut, tidak berharga serta dendam yang diwariskan dari kakek ke mama Riko. Kemudian dari Mama Riko mewariskan dendam ini ke Riko. 

Berdasarkan Teknologi Pikiran yang dikembangkan oleh Adi W Gunawan Institute, fenomena ini adalah sebuah penanaman kepercayaan atau lebih dikenal dengan imprint yang dibenamkan oleh figur otoritas dalam hal ini adalah Kakek dan Ibu Riko. Inilah yang kemudian disebut Dendam 7 keturunan. Yang namanya dendam tentu tidak baik dan terbukti membuat Riko tidak berdaya menggerakkan tangan kirinya, terlebih ketika sedang bertanding. Syukurnya dendam 7 keturunan ini terhenti di keturunan ke 3 melalui hipnoterapi mengunakan protokol yang telah teruji pada ribuan kasus secara kolektif oleh alumnus Adi W Gunawan Institute.

Sore hari setelah terapi dilakukan Ayah Riko mengabarkan Riko telah dapat mengendalikan tangan kiri dengan baik, serta mampu mengarahkan busur pada ordinat yang sesuai dengan sasaran yang dituju. Hikmah dari kasus ini adalah sebuah emosi negatif, sebaiknya tidak diwariskan kepada anak apalagi cucu, kelak pada suatu waktu warisan ini akian menimbulkan masalah pada keturunan yang tentunya dapat menghambat kesuksesan anak. Memaafkan bukan berarti melupakan, memaafkan adalah melepas keterikatan dari bara api yang membakar diri kita. Dengan memaafkan kita menyelamatkan energi psikis dari kebocoran yang tidak diperlukan. ia memaafkan tidak semudah itu, sama halnya dengan berkirim pesan 20 tahun lalu. Mengirim pesan melalui perantara post dan perlu waktu, kemudian revolusi komunikasi terjadi melalui teknologi komunikasi yang berkembang semua menjadi mudah, demikian juga Memaafkan dengan bantuan teknologi pikiran yang dilakukan seorang hipnoterapis yang memegang protokol dengan baik dan benar akan sangat memudahkan proses memaafkan dilakukan dengan ringan, mudah, tanpa harus berdarah-darah.

Dan anda bisa bayangkan jika Teknologi Pikiran  ini masuk dalam bagian menu perioderisasi latihan atlet Indonesia, bisa dibayangkan kemajuan atlet Indonesia di pentas dunia semakin nyata di depan mata. Namun sayang sungguh sayang, sport science khususnya di bidang Mind Technology belum banyak dipahami dan disosialisasikan. Indonesia membutuhkan Bridging Information dari praktisi, ilmuman dan peneliti di bidang teknologi olahraga untuk dapat berkontribusi nyata pada perkembangan prestasi olahraga Indonesia. 

Demikianlah Kenyataannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline