Prestasi olahraga suatu negera dalam kompetisi Internasional menunjukkan proses pembinaan prestasi olahraga suatu negara. Apalagi pada tahun 2018 Indonesia akan menjadi tuan rumah perhelatan olahraga antar bangsa di Benua Asia dalam Asean Games. Sebagai tuan rumah, tentu tidak saja sukses sebagai penyelenggara yang harus dicapai namun tentunya sebagai peserta yang turut dalam kompetisi. Minimal memperbaiki peringkat di tingkat Asia.
Saat ini pemerintah Indonesia di bawah nahkoda Pak Jokowi telah menkampanyekan gerakan Revolusi Mental dalam segala bidang termasuk olahraga. Namun mental seperti apa yang hendak direvolusi di bidang olahraga? Mental seolah menjadi komoditi politis yang selalu didengungkan, namun apa sebenarnya mental itu? Dari berbagai literatur psikologis mental dikaitkan dengan fungsi berfikir, bagaimana cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Ketika berbicara mental akan lebih banyak kita bersentuhan dengan pikiran. Saat ini kondisi pembinaan Atlet di Indonesia sudah lebih maju dibandingkan 10 tahun lalu, namun latihan kecakapan mental belum dimasukkan dalam perioderisasi latihan baik ditingkat daerah maupun Nasional.
Setiap pelatih jika ditanya, bagaimana mental atlet yang baik menurut Anda? Maka akan didapat jawaban, atlet yang disiplin, pantang menyerah, fokus, dapat bekerjasama dengan tim, kendali emosi yang baik, latihan yang tekun dan serius, memiliki obsesi menjadi juara. Kemudian bagaimana Anda melatih Atlet agar memiliki Mental Juara tersebut? Dari pengamatan di lapangan pelatih akan menjawab sebagai berikut; dengan motivasi, reward yang besar, try out sebanyak-banyaknya dan rekreasi agar atlet tidak tegang. Kemudian pertanyannya, apakah cara-cara tersebut telah berhasil menjadikan atlet bermental Juara? "Mey Be Yes, Mey Be No"
Berdasarkan penelitian dibidang pengembangan mental atlet yang dalam Sport Science masuk dalam Sport Physiology, ditemukan fakta bahwa Atlet kita saat ini membutuhkan lebih dari sekedar motivasi, reward, try out dan refresing. Ilmu Neuroscience mengemukakan aktivitas berfikir, bekata dan bertindak 95% ditentukan oleh aktivitas pikiran bawah sadar. Dan Suatu kompetisi adalah suatu moment dimana tindakan seorang atlet sangat dipengaruhi oleh program di pikiran bawah sadarnya. Itu kenapa banyak pelatih mengeluh bahwa penampilan atlet tidak sebaik saat latihan. Kemamuan Atlet di lapangan terkadang diluar kendali dan tidak terkontrol bahkan ada seorang pengamat olahraga menyatakan kemampuan yang hilang tertelan bumi.
Lantas bagaimana melatih mental agar memiliki mental Juara? Pertama, harus ada suatu persamaan persepsi antara pelatih, pengurus olahraga, dan orangtua atlet bahwa atlet adalah suatu unit kesatuan yang terdiri dari badan dan bathin (psikis). Kedua, atlet berada dalam kondisi aman, diterima dan dicintai oleh lingkungan sekitarnya. Ketiga, barulah atlet mendapatkan latihan kecakapan mental seperti membuat Outcome Setting, Latihan Sensualisasi, Mengisi Baterai Kasih, Sport Meditation dan lain sebagainya. Keempat, Latihan kecakapan mental tersebut dimasukkan dalam agenda perioderisasi latihan atau menu latihan harian atlet, sehingga hari demi hari atlet tumbuh dengan mental yang cakap dan handal.
Dengan disertakannya latihan kecakapan mental yang terstruktur dan sistemasi dalam menu latihan atlet, maka dapat dipastikan performa atlet akan semakin baik dan tentunya mendukung Indonesia untuk sukses sebagai penyelengara dan peserta dalam Asean Games 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H