Lihat ke Halaman Asli

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Ekowisata Manggrove

Diperbarui: 28 Februari 2024   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS EKOWISATA MANGGROVE

Eka sahdawijaya

Berbagai kearifan lokal yang terdapat di seluruh Indonesia merupakan keunikan sendiri. Salah satu bentuk kearifan lokal adalah lingkungan yang sudah ada sebagai tempat untuk kegiatan manusia mencerminkan ide-idenya. Kearifan lokal ialah suatu kekayaan yang harus dijaga dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam menjalankan kehidupan serta menjadi panutan dalam unsur nilai kebudayaan. Maka kearifan lokal merupakan kekayaan yang terdapat disuatu daerah yang harus dioptimalkan potensinya untuk kehidupan dan tantangan dimasa yang akan datang.

Di Indonesia sendiri memilliki berbagai kearifan lokal yang tersebar di setiap daerahnya, salah satunya terdapat di Provinsi Jambi. Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak kearifan lokal disetiap kabupatennya. Salah satu kabupaten yang memiliki bermacam kearifan lokal adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Salah satunya berada di Kuala Tungkal, kearifan lokal yang sangat menarik yaitu Ekowisata Manggrove Pangkal Babu.

Ekowisata Manggrove Pangkal Babu merupakan kearifan lokal yang sangat menarik meskipun terbilang baru diresmikan pada tanggal 31 Desember 2019 oleh Bupati Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Bapak Dr. Ir. H. Safrial, M.S, akan tetapi daya tarik Ekowisata Manggrove Pangkal Babu sangat baik dan dapat memberikan sarana edukasi mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. 

Dalam dunia pendidikan kearifan lokal dapat digunakan sebagai tambahan sumber belajar ataupun bahan ajar pada kegiatan pembelajaran di sekolah dasar yang mengatur tentang sistem dan tata kelola pendidikan harus mampu mendorong pelestarian keberagaman budaya setiap daerah, dengan mengintegrasikan proses pembelajaran.

Berdasarkan studi pendahuluan di SD Negeri 13/1 Muara bulian didapatkan bahwa pembelajaran yang dilakukan belum mengintegrasikan kearifan lokal secara penuh di dalam pembelajaran yang ada, hal ini disebabkan tenaga pendidik hanya terfokus dalam sumber belajar yang utama yaitu buku guru dan buku siswa saja.

Selain itu peserta didik sendiri saat melakukan kegiatan pembelajaran belum cukup menarik minat belajar mereka, dikarenakan media pembelajaran tidak mencukupi dan tidak ada penggunaan media pembelajaran berbasis elektronik. Selain itu peserta didik tidak mengetahui apa itu kearifan lokal hutan mangrove, hal ini disebabkan peserta didik hanya mempelajari kearifan lokal seperti tarian dan lagu-lagu daerah.

Kearifan lokal ekowisata hutan mangrove ini dapat memberikan wawasan yang cukup luas bagi perserta didik. Oleh karena itu dapat diberikan solusi dengan pembuatan bahan ajar dalam bentuk modul elektronik yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi saat ini untuk mendorong peserta didik dapat mengetahui kearifan lokal yang ada di daerah.

Salah satu inovasi yang dapat digunakan adalah pembuatan bahan ajar berupa modul elektronik yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikas saat ini untuk mendorong peserta didik dapat mengetahui kearifan lokal yang ada di daerah.

Kelebihan modul elektronik yaitu, dapat membantu siswa menjadi lebih tanggap, aktif dan meningkatkan interaksi antar guru dan siswa. Oleh karena itu pengembangan modul elektronik dapat dilaksanakan bagi seluruh tenaga pendidik untuk memaksimalkan dari hasil pembelajaran. Proses pembelajaran yang menggunakan modul elektronik membuat peserta didik memiliki tambahan sumber informasi, terciptanya pembelajaran yang interaktif dan berpusat pada peserta didik yang diharapkan dalam kurikulum 2013.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline