Kita pasti tidak asing dengan istilah buang air kecil, berkemih, kencing, atau bahkan pipis. Tentu hal tersebut sudah menjadi kebiasaan rutin yang kita lakukan dalam sehari-hari. Apalagi ketika kita minum terlalu banyak, frekuensi buang air kecil pasti akan meningkat dan membuat kita jadi lebih sering ke toilet. Pada dasarnya buang air kecil merupakan proses pengeluaran urin yang berasal dari zat-zat sisa metabolisme dari dalam tubuh. Lalu pernahkah kalian bertanya-tanya bagaimana kita bisa buang air kecil? Apa yang membuat kita bisa buang air kecil?
Sebelum kita buang air kecil, perlu kita ketahui ada yang namanya proses pembentukan urin di dalam tubuh. Sistem organ yang berperan dalam proses pembentukan, termasuk penyimpanan dan pengeluaran urin ini disebut dengan sistem perkemihan. Organ-organ yang termasuk dalam sistem perkemihan tersebut antara lain, ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Keempat organ inilah yang mempunyai peranan penting dalam tubuh sehingga kita bisa buang air kecil.
Mulanya, proses pembentukan urin akan terjadi di ginjal yang meliputi 3 fase yakni, filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi. Proses pembentukan urin ini akan diawali dengan penyaringan darah atau yang disebut filtrasi. Filtrasi terjadi di ginjal tepatnya pada bagian glomerulus yakni kapiler darah yang tersusun bergumpal-gumpal. Zat-zat yang terlarut dalam plasma darah seperti, glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan urea dapat melewati penyaringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan darah di glomerulus ini nantinya disebut dengan filtrat glomerulus atau urin primer yang mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
Selanjutnya, zat-zat yang masih dibutuhkan dalam urin primer akan diserap kembali pada bagian tubulus kontortus proksimal. Proses penyerapan kembali ini disebut dengan reabsorpsi. Substansi atau zat-zat yang masih diperlukan tersebut seperti, glukosa dan asam amino yang nantinya akan dikembalikan ke darah. Setelah terjadi reabsorpsi, maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder dan zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun justru bertambah.
Pada fase yang terakhir yakni augmentasi atau sekresi yang merupakan proses penambahan dan pengeluaran zat-zat sisa seperti urea. Proses ini mulai terjadi di tubulus kontortus distal dan akan menghasilkan urin sekunder atau urin sesungguhnya yang akan dikeluarkan melalui uretra. Komposisi urin yang nantinya dikeluarkan melalui uretra yakni, air, garam, urea, dan zat-zat sisa lainnya, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Memasuki proses pengeluaran urin, dimana dari tubulus-tubulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal dan diteruskan ke ureter. Urin kemudian masuk ke vesika urinaria atau kandung kemih yang berperan sebagai tempat penyimpanan urin sebelum urin dikeluarkan melalui uretra. Jika volume urin pada kandung kemih mencapai kurang lebih 200-250 ml, maka hal tersebut sudah bisa merangsang kita untuk segera berkemih atau buang air kecil. Pada proses ini, otot kandung kemih akan meregang atau bersifat sensitif terhadap regangan karena volume urin, sehingga kemudian mengirimkan sinyal ke medula spinalis dan memicu timbulnya sensasi ingin buang air kecil. Sinyal saraf ini akan memicu otot dinding kandung kemih untuk berkontraksi.
Setelah itu, sinyal akan diteruskan ke korteks serebral (otak) yang akan menghasilkan sensasi rasa penuh sehingga kita akan sadar jika ingin berkemih. Pada proses ini, otot sfingter pada kandung kemih akan berkontraksi untuk menahan proses berkemih. Namun, volume urin maksimal dalam kandung kemih yang dapat ditahan umumnya sekitar 400-500 ml urin untuk orang dewasa, hal ini berarti kita dapat menahan buang air kecil sampai volume urin dalam kandung kemih mencapai sekitar jumlah tersebut. Pada saat yang sama akan terjadi tekanan yang cukup tinggi dan menyebabkan relaksasi sfingter interna dengan diikuti oleh relaksasi sfingter eksterna, sehingga akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih yang berarti urin telah dikeluarkan melalui uretra ketika kita buang air kecil.
Dari serangkaian proses diatas dapat kita ketahui bahwa refleks berkemih pada manusia diatur oleh sistem saraf pusat yakni medula spinalis dan korteks otak. Selain itu, juga terdapat sistem saraf parasimpatis, dimana serabut-serabut saraf inilah yang menghantarkan rangsangan yang menyebabkan kontraksi pada kandung kemih dan relaksasi sfingter interna.
Perlu kalian ketahui bahwa sfingter ini merupakan kumpulan dari serabut-serabut otot yang melingkari bagian tertentu dari organ tubuh dan berfungsi untuk membuka dan menutup. Baik sfingter uretra internal dan eksternal dalam proses berkemih berfungsi untuk menghambat atau menahan pelepasan urin. Jadi, apabila kandung kemih telah penuh maka otot detrusor yang terdapat pada kandung kemih berkontraksi dan akan merangsang otot sfingter untuk berelaksasi atau membuka sehingga urin dapat dialirkan keluar melalui uretra.
Nah, sekarang kalian sudah tahu kan bagaimana proses pembentukan dan pengeluaran urin yang terjadi dalam tubuh sehingga menyebabkan kita bisa buang air kecil. Jika urin tidak segera dikeluarkan melalui buang air kecil, maka akan menimbulkan penumpukan racun dalam tubuh yang nantinya dapat menyebabkan berbagai gangguan atau penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Oleh karena itu, kita tidak dianjurkan untuk sering menahan buang air kecil.