Lihat ke Halaman Asli

Eka Purwanto

menulis itu hobi

Kepepet Dulu, Mikir Kemudian

Diperbarui: 1 Oktober 2020   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2005  harga bahan bakar minyak fosil mengalami kenaikan telak, $100 per barel. Sedangkan subsidi minyak di APBN kita tahun itu sudah dipatok hanya $70. APBN terancam devisit.  

Pemerintah pun panik. Pusing tujuh keliling. Dalam kepanikan itu, muncul ide  penggunaan Bahan Bakar Nabati yang bahan bakunya melimpah di negeri ini.

Katanya, ada sekitar 49 macam tanaman yang bisa dibuat bahan bakar Nabati. Disebut juga bahan bakar terbarukan. Sebut saja misalnya jarak pagar, kacang tanah, kelapa sawit, jagung, karet, kecipir, akar kepayang, kemiri cina, kapok (randu), labu merah, wijen, kayu manis, sirsak, padi, kopi arab, randu agung, bidara, rosella, pepaya, pulasan, rambutan dan lain-lain. Pokonya hampir 50 macam tanaman.

Presiden (SBY) kemudian mengeluarkan Kepres No 10 tahun 2006 tengang Pembentukan Tim Nasional Pengembangan BBN, untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran.

Program ini memang diharap menghasilkan doble efek. Pertama menutupi kebutuhan minyak bakar, kedua menyerap tenaga kerja dan mengentaskan kemiskinan.

Tugas Tim Nasional antara lain membuat blue print dan road map. Tak sampai setahun, Timnas merekomendasikan dua jenis tanaman yang layak digalakan, yaitu jarak pagar dan singkong. 

Pertimbangannya kedua jenis tanaman itu tidak memiliki faktor saing dengan konsumsi. Bahkan  jarak pagar nyaris 100 persen tidak memiliki daya saing konsumsi. 

Jarak pagar tidak bisa dimakan. Selain itu, kedua jenis tanaman itu mudah ditanam. Bisa tumbuh di sembarang tanah mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. 

Juga bisa tumbuh di tanah yang miskin hara dan ditanah terlantar. Diketahui waktu itu ada 24 juta hektar lahan terlantar tersebar di beberapa provinsi. Lahan mangkrak itu bisa dimanfaatkan untuk menanam kedua jenis tanaman itu.

Tahap pertama direncanakan penanaman kedua jenis pohon itu berjumlah 6 juta hektar. Jika 1 hektar bisa  menyerap 6 orang tenaga kerja maka jumlah tenaga yang akan terserap adalah 36 juta orang. Dengan proyek raksasa itu saja seluruh pengangguran bisa dihapuskan.

Produktivitas tanaman singkong akan sangat besar apabila yang ditanam varietas unggul. Setidaknya sudah ditemukan dua varitas unggul bibit singkong. Di Malang ditemukan varitas singkong Mukijat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline