Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Indonesia Itu… Gampang-gampang Sulit

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Delapan puluh empat tahun yang lalu, putra putri Indonesia telah berbulat tekad menjunjung bahasa persatuan bangsa Indonesia yakni, bahasa Indonesia. Bahasa nasional yang dahulu dicita-citakan akan dipakai dari tanah rencong hingga tanah gilang gemilang emas, Papua. Diucapkan oleh bayi yang baru belajar berbicara hingga kakek nenek yang sudah lanjut usia. Dituturkan oleh guru di dalam taman belajar kanak-kanak hingga seminar-seminar hebat para dosen di depan mahasiswa.

Namun di sisi lain, bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu yang sehari-hari digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dengan tingkat heterogenitas masyarakat yang tinggi. Terdapat banyak bahasa daerah yang masih dianut, dituturkan, dan dilestarikan oleh masyarakat. Umumnya masyarakat di desa-desalah yang masih berkomunikasi dengan bahasa daerah. Hal itu dapat terjadi karenamenggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah, seseorang cenderung merasa akrab dengan satu sama lain dan lebih mengenal jati diri tanah kelahirannya.

Sebuah perjalanan mengenalkan seorang anak desa yang awam dengan bahasa Indonesia sepertinya adalah hal yang sederhana, bahkan biasanya bahasa Indonesia dianggap remeh. Tapi ternyata, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benartidak sesederhana yang dibayangkan.

Pertama kali bahasa Indonesia mulai diperdengarkan ketika seorang anak yang dari lingkungan desa duduk di bangku sekolah. Melalui nyanyi-nyanyian sederhana dan gambar-gambar buah serta hewan, anak-anak itu mulai memahami sedikit demi sedikit kosa kata bahasa Indonesia. Ibu guru nan bijak di taman kanak-kanak biasanya menyuruh muridnya untuk mengungkapkan kalimat-kalimat pendek dalam bahasa Indonesia. Namun, tak jarang ibu guru harus mendektenya, karena memang kosakata si Anak belum banyak, atau bisa jadi si Anak memang gugup ketika ditanya oleh ibu guru menggunakan bahasa Indonesia.

Pada saat si Anak duduk di bangku sekolah dasar, ia mulai sering bertemu dengan bahasa Indonesia, dikenalkan dengan fabel, legenda, dan cerita-cerita anak nusantara. Selain itu pelajaran lain, yang bukan pelajaran bahasa Indonesia pun dijabarkan dengan bahasa Indonesia yang baku. Walaupun sering digunakan di sekolah, tetapi bahasa Indonesia jarang diterapkan dalam lingkungan pergaulan si Anak.

Ketika belajar di lingkungan sekolah menengah pertama dan atas, si Anak yang tumbuh menjadi dewasa semakin banyak kosakata serta ragam penggunaan bahasa yang ia ketahui. Sering di gunakan secara lisan maupun tulisan. Tapi sekali lagi, dari SD, SMP, dan SMA, penggunaan bahasa daerah antarteman sebaya sudah sangat biasa. Karena secara letak geografis juga dapat diketahui, teman-teman SD, adalah teman tetangga rumah, bisa juga tetangga dusun. Teman-teman SMP dan SMA, adalah teman tetangga desa atau mungkin tetangga kecamatan. Hal ini tentu saja masih mendukung penggunaan bahasa ibu yang sehari-hari digunakan di daerah itu dengan alasan, lebih cepat akrab.

Setelah SMA, apa yang terjadi? Misalnya saja si Anak ingin melanjutkan ke sebuah PTN di Kota, masih bisakah si Anak menggunakan bahasa daerahnya? Tentu saja masih bisa. Tapi, sudah bisa dipastikan tidak akan sesering ia menggunakannya seperti waktu di SD ataupun SMP. ketika berada di tempat multi etnis seperti perguruan tinggi negeri, bahasa Indonesia terasa sangat penting. Karena tak mungkin menggunakan bahasa daerah, apalagi jika arti sebuah kata dari bahasa daerah itu saling bertolak belakang. Akan terjadi kekacauan komunikasi apabila si Anak memiliki kebiasaan mencampur-campur kata, walau hanya satu kata. Seperti arti kata pipis. Dalam bahasa Jawa arti kata pipis adalah kencing, dalam bahasa Bali pipis adalah uang. Sedangkan dalam bahasa Indonesia pipis ; memipis adalah menghaluskan, melumatkan dengan batu giling.

Dari ilustrasi perjalanan memahami bahasa Indonesia di atas, kita telah mengetahui bahwa fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa. Karena adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tak perlu dikhawatirkan lagi. Mempelajari bahasa Indonesia pun, tidak bisa jika hanya mengandalkan teori dan menggunakannya hanya lima jam per minggu di dalam ruang kelas. Akan terasa kaku apabila tidak terbiasa melafalkannya. Kebiasaan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan wawasan terhadap kosakata itulah yang diperlukan. Karena bahasa dan kita adalah sahabat karib yang sangat lekat dalam kehidupan kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline