Lihat ke Halaman Asli

Tentang Aku

Diperbarui: 3 Oktober 2022   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Namaku Eka Nia Wulandari, biasa dipanggil Wulan. Aku lahir di Purworejo,14 Juli 2004. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayahku bernama Mohamad Sabik dan Ibuku bernama Tri Suhariyani. Lalu adikku yang sekarang berumur 13 tahun bernama Muhammad Ishom yang sekarang sedang duduk di kelas 1 MTS di salah satu pondok pesantren di Jepara.

Kedua orang tuaku berprofesi sebagai penjahit dan terapis. Ayahku memiliki satu konfeksi baju dan beberapa tukang jahit yang menjalankan konfeksi tersebut, sedangkan ibuku tidak mempunyai tempat bekerja yang tetap, melaikan harus pergi ke rumah-rumah orang yang sedang memerlukan terapis. Latar belakang orang tuaku menggambarkan bahwa keluarga kecil ini bukanlah dari golongan atas. Tetapi kedua orang tuaku selalu mengajarkan aku dan adikku untuk berusaha dan bersyukur dengan keadaan yang sekarang sedang kita alami.

Dulu sewaktu aku kecil ayahku adalah seorang pengusaha tas yang sukses,tetapi saat aku duduk di kelas 6 SD ayahku mengalami kerugian besar yang menyebabkan ayahku bangkrut dan harus gulung tikar. Sejak saat itu hidup keluarga ku mulai sederhana.

Saat aku kelas 6 SD pula, ayahku pernah bilang ingin menyekolahkanku di pondok pesantren saat nanti aku masuk ke jenjang SMP, tetapi aku menolak karena aku membayangkan kehidupan di pesantren itu sangat tidak enak. Dan beralasan kasian sama ayah karena saat itu perekonomian keluarga sedang tidak stabil. Tetapi ayah tetap kekeh memasukan aku ke pesantren dengan berpesan kepadaku “hidup itu kadang ada di atas dan kadang ada di bawah mbak dan sekarang kita lagi ada di bawah jadi harus banyak sabar dan bersyukur jangan berfikir ga bisa naik lagi kan kita punya Allah  yang Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar dan Allah juga ga pernah tidur kok,jadi jangan berfikir tidak bisa sebelum di coba ya.” Dan kata-kata ayah yang ini masih aku pegang sampai sekarang.

Kata-kata ini selalu memacu semangatku di saat aku sedang merasa tidak bisa mencapai sesuatu,intinya serahkan semua kepada Allah dan di iringi dengan usaha yang seimbang dengan apa yang kita inginkan.terima kasih semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline