Lihat ke Halaman Asli

Ekal balveer

Bad writter

Nikmat Waktu Pagi Mana Lagi yang Kamu Dustakan?

Diperbarui: 19 Februari 2021   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sajadah rumah/dokpri

Gedoran pintu kamar yang kuat oleh bapak membangunkan saya dari tempat tidur (untung gak lepas tuh engsel pintu), dengan perkataan nada yang keras seperti membentak menyuruh saya untuk bangun dari tempat tidur dan bergegas sholat subuh. Entah kenapa kesal sekali rasanya dibangunkan dalam tidur yang lelap, alangkah lebih baik dibangunkan alarm ketimbang dibangunkan oleh bapak dengan gedoran pintu yang keras dan perkataan membentak- bentak untuk di bangunkan. Sial nya alarm di handphone tidak saya aktifkan karena telanjur tidur.

Duduk sebentar di tempat tidur dengan memasangkan mata merah dan berusaha melek dari kantuk,dalam hati merasa masih kesal dengan perlakuan bapak seperti itu yang pasti bapak bukanlah seorang purnawirawan militer atau seorang tentara dialah seorang ayah yang menafkahi keluarganya dengan ikhlas dengan penuh kasih sayang. Tapi entah mengapa bapak melakukannya pagi itu,  lalu bergeraklah saya mengambil air wudhu di kamar mandi dan lanjut untuk beribadah sholat subuh.

Sesudah sholat subuh tidak lupa berdoa kepada sang pencipta untuk mengadu berbagai aneka kendala dalam hidup, tangan menggapai ke atas dan bibir bergumam-gumam. Seraya berdoa dalam keadaan tetap di atas sajadah dan langit masih pagi gelap buta, disitu saya seakan-akan mendapatkan sebongkah emas  tersadarkan diri betapa harus mensyukuri kenikmatan yang diberi oleh sang pencipta. 

Mampu bangun dari tidur dan bergegas sholat atau pun mendengarkan gedoran pintu yang dilakukan oleh bapak adalah salah satu bagaimana mensyukuri kehidupan dan kenikmatan dalam taraf yang kecil. Manakala kehidupan yang berlangsung jarang sekali untuk mengingat atau sekecil apapun kehidupan yang telah diberi-Nya.

Kekesalan kepada bapak berakhir begitu saja, malah semakin bersyukur apa dilakukan oleh bapak. Kekesalan membawa ke puncak yang begitu tidak bisa kita tafsirkan, hati bergejolak  lenyap membuat sadar dan senyum-senyum sendiri dengan kejadian pagi itu. Dari dalam rumah udara pagi yang masuk saya hirup kencang- kencang dengan hidung saya yang sumbat sebelah, tak apalah sakit yang penting menghasil kesegaran yang nikmat sekejap.

Dalam waktu itu saya mulai membuat asumsi yang ego barangkali bisa dikatakan sangat prinsipil, karena waktu pagi adalah buat manusia untuk bersyukur dalam apapun pekerjaannya dalam hidup kendati perkejaan itu kotor dan tidak elok. Sejenaklah untuk menghadap kepada semesta agar kita tahu sejauh mana kita melampui kehidupan yang diberi oleh-Nya..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline