MENGGERAKKAN KOMUNITAS BELAJAR (GURU, ORANG TUA, DAN PEMERHATI PENDIDIKAN )
Seiring dengan perkembangan zaman, modernisasi dan Globaliasi menghantarkan masyarakat Indonesia menjadi sebuah keniscayaan dalam Era Keterbukaan serta melek teknologi. Tidak bisa dipungkiri bahwa arus informasi yang begitu cepat membentuk sebuah masyarakat yang begitu peka dalam setiap prilaku maupun Interaksi sosial dijagat maya.
Berbagai tipe, merk Sharphone memberikan dampak yang luar biasa bagi semua kalangan. Terutama dikalangan pelajar. Berbagai platform membanjiri setiap dimensi fitur yang ada di Smartphone. Youtube, Tik Tok, Facebook, Twiter dan masih banyak lagi varian flatform yang memberikan dampak positif maupun negatif.
Meskipun Era Globaliasi yang didukung oleh berbagai kecanggihan Teknologi memberikan kemudahan dalam berinteraksi, bersosialisasi. Namun, sepatutnya harus seiring dengan Kemajuan Dunia Pendidikan. Masyarakat Indonesai sudah mengenal dengan istilah IKM ( Implementasi Kurikulum Merdeka ) yang digadang-gadang sebagai jawaban berbagai macam persoalan dan problem ditingkat satuan Pendidikan.
Perlu digaris bawahi bahwa konteks Merdeka belajar menurut Ki hajar Dewan Tara mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani.
Jika kita telaah berbagai macam pemikiran tokoh Pendidikan Nasional, Yaitu Ki hajar Dewan Tara, guru tidak hanya terjebak dalam prilaku formal yaitu mengajar, namun mendidik adalah tindakan dari hati seorang guru yang bisa membimbing, mengarahkan , dan memotivasi peseta didik dengan berbagai corak dan karakter Peserta Didik yang kadang acap kali naik tensi Darah disebabkan prilaku siswa yang distorsi oleh pergaulan, pengaruh media massa, ataupun game online.
Memanusiakan manusia, sering kali masyarakat awam salah dalam menterjemahkan dalam pandangan Steortif maupun Ego personal. Literasi masyarakat yang masih rendah terkadang membuat miskomunikasi antara Dunia Pendidikan dan Dunia Realitas. Yang terkadang dunia realitas dikekang oleh para Netizen maupun pengiringan opini dalam setiap prilaku dan Interaksi seorang Pendidik melalui sebuah sorotan Kamera.
Penulis memberikan pandangan bahwa merdeka belajar adalah sebuah keniscayaan masyarakat, Peserta Didik dan pendidik jika ketiga elemen tersebut sudah memasuki fase sebuah kemandirian, kemerdekaan secara Independen, kedewasaan. Maka kurikulum Merdeka belajar mudah diterapkan disegala Satuan Pendidikan.
Kualitas pendidikan bisa nampak terlihat ketika peserta Didik memiliki karakter yang kuat, Mandiri, Disiplin dan bertangung jawab dengan wujud Profile Pelajar Pancasila. Misalnya membersihkan sampah di sekolah secara kontiyu, membantu masyarakat yang kurang mampu dengan pengalanan dana Peduli, tertib berlalu lintas, tertib berpakaian, menghormati orang tua, guru dan orang yang lebih tua.
Kurikulum merdeka didesain untuk mencipatakan manusia yang berahlak mulia, cerdas dan memiliki karakter. Namun terkadang dalam perjalanannya, Satuan Pendidikan acapkali terjebak dalam acara formal yang mengagungkan acara seremonial semata.