Mempertanyakan kembali tujuan dari pendidikan
Apa sebenarnya hakikat dari pendidikan?
Pada pertanyaan singkat itu, DK. Wardhani dan Ario Nugroho dalam buku mereka berjudul Homeschooling : Rekam Jejak Perjalanan Pendidikan Rumah membawa saya pada perenungan tentang tujuan pendidikan. Sebagai orang yang pernah merasakan pendidikan formal dan melewati ragam kekecewaan, pada dasarnya sulit bagi saya memaknai hakikat dari pendidikan itu sendiri.
Saya bukan tipe anak yang menyukai sekolah, tapi disisi lain saya menyukai hal-hal yang berbau pengetahuan. Saya ingat ketika kerap bolos sekolah dan lebih memilih terjebak di perpustakaan daerah dengan setumpuk buku fiksi serta koran ataupun majalah yang membuka saya terhadap informasi dunia saat itu. Saya kesal ketika harus mencatat tumpukan materi sementara saya memiliki buku yang memuat materi sekolah tersebut.
Sekolah pada saat itu tak ubahnya sebuah kegiatan wajib yang harus saya jalani sebagai anak. Tak lebih dari sekedar itu. Alhasil ketika lulus sekolah dan ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, saya menghadapi kegamangan untuk melangkah pada pilihan pendidikan selanjutnya.
Menempuh pendidikan bagi sebagian masyarakat tak lebih untuk bisa mendapatkan pekerjaan dan meraih kesuksesan dari segi finansial. Dan, saya tumbuh dalam pandangan serupa.
Lalu, apa sebenarnya hakikat pendidikan itu sendiri?
Pendidik Rumah Adalah Dasar Utama Pembentukan Karakter Anak
Sebagaimana yang dipaparkan oleh Wardhani dan Nugroho di dalam buku Homeschooling : Rekam Jejak Perjalanan Pendidikan Rumah, bahwa pendidikan merupakan sebuah proses transfer pengetahuan, nilai-nilai (values), prinsip hidup, dan life skill (keterampilan hidup). Pendidikan juga upaya pembinaan budi pekerti, sebagai bentuk bimbingan orang dewasa dan anak (pihak yang dianggap lebih tahu, kepada pihak yang belum tahu).
Lebih lanjut mereka juga menjelaskan ada tiga pengetahuan mendasar yang layak dan harus dimiliki setiap manusia, khususnya seorang anak yang semestinya disampaikan melalui proses pendidikan yaitu pengenalan terhadap Tuhannya, pengenalan terhadap dirinya dan pengenalan terhadap alam semesta dan lingkungannya. Dimana untuk mencapai hal tersebut proses pendidikan harus secara menyeluruh dan berkesinambungan.