aku melirik ke dalam jam tangan tua itu. Bunyinya semakin tidak enak, bahkan jarumnya terkadang berjalan tersendat. walaupun usang, aku akan tetap menyimpannya. jam tangan usang itu menunjukkan sudah jam 7 malam. hari itu, cerita fiksi ini dimulai dengan sebuah pengkhianatan terdalam. aku menunggu sahabat lama, dimana kami sering bercanda gurau. ternyata hari itu kami saling bertukar hati. cara penyampaian kami sangat terbata dan tergagu. namun situasi dan kondisi memang sangat mendukung untuk berkhianat dengan pasangan sah kami. entah apa yang aku pikirkan, tidak ada dan sangat buntu. fiksi ini hanya fiksi. apa aku yang berusaha untuk membuatnya fiksi. yang kami terlelap dalam kejutan malam. ciuman hangat dan pelukan erat mengelilingi suasana kala itu. tersontak. aku tak ingin berada didalamnya lagi. sakit. ya aku merasa sakit. tapi perkataannya membuat aku luluh dan lupa. tidak lama. selang beberapa hari dan kami menjauh. karena cerita ini hanya fiksi. kami bermain di alur yang kami buat sendiri. aku dicampakkan begitu saja. aku hanya ingin menjadi sahabatnya kembali. tapi pengkhianatan tetap pengkhianatan. pengkhianatan terhadap persahabatan kami. tercoreng sudah. namun ini (bukan) fiksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H