Lihat ke Halaman Asli

Mandiri Akuisisi BTN, Perkuat Kapitalisasi Perbankan Nasional atau Keegoisan Pemerintah?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isu atau wacana yang merebak mengenai akuisisi (pengambilan kepemilikan atau pengendalian atas saham) atas Bank BTN kepada Bank Mandiri, menimbulkan pro kontra yang sangat ramai. Kementerian BUMN (Pemerintah) sebagai pemegang saham diisukan telah menyetujui rencana akuisisi ini, namun disisi lain pihak Bank BTN yakni para pegawainya menganggap hal ini terlalu cepat dan sangat tidak transparansi. Bank Mandiri dengan kapitalisasi yang cukup besar dinilai pemerintah belum mampu untuk bersaing dikancah Perbankan ASEAN, dengan rencana akuisisi BTN ini, Mandiri dan BTN (yang nanti sebagai anak perusahaan) akan menjadi pesaing berat diantara perbankan-perbankan di ASEAN.

Diketahui saat ini bahwa BTN sebagai perbankan penyalur kredit perumahan yang terbesar di Indonesia dan Mandiri sebagai pemberi kredit pada KUK, KUMKMK juga korporasi. Hemat saya, perlu transparansi konsep akuisisi oleh Kementerian BUMN. DPR juga KEmenterian Perumahan Rakyat serta Asosiasi Perumahan juga rasanya perlu diajak berbicara melihat kelangsungan penyaluran kredit untuk perumahan nantinya seperti apa.

Rencana akuisisi ini cukup mencengangkan dan berdampak besar, pada awal isu saham Bank BTN cukup terpuruk. Pelemahan terutama terjadi pada saham BTN yang menggunakan ticker saham BBTN. Di sepanjang perdagangan saham pada hari Senin (21/4), saham BBTN yang dibuka di level harga Rp1.360 per lembar hanya bisa bergerak di kisaran Rp1.380 per lembar sebagai titik tertingginya dan Rp1.300 per lembar sebagai batas terendahnya. Menutup langkahnya di sore hari, saham BBTN berakhir di level Rp1.320 per lembar atau mengalami minus 45 poin (3,3 persen) dari posisi penutupan akhir pekan. Hal sama juga terjadi pada pergerakan saham BMRI yang pada sore hari berakhir di level Rp9.825 per lembar, atau merosot sebesar 25 poin (0,25 persen) dari posisi akhir pekan. Respon negatif pasar diperkirakan didasarkan pada pandangan bahwa karakter bisnis kedua bank tersebut tidak sama dan bahkan relative berseberangan, sehingga dinilai tidak tepat untuk disatukan baik dalam bentuk akuisisi maupun merger. (www.jurnas.com)

Menurut publikasi Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities yang sebelumnya diterima oleh penulis, menilai rencana Bank Mandiri untuk mengakuisisi BTN merupakan sebuah langkah yang tepat. Akuisisi BTN, kata Reza, dapat meningkatkan penetrasi kredit ke sektor perumahan secara nasional.

Apalagi dengan kekuatan pendanaan dan jaringan Bank Mandiri yang sangat besar, akuisisi ini akan memberikan nilai tambah yang besar bagi para konsumen yang membutuhkan pendanaan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). "Reaksi pasar yang sangat positif menunjukkan bahwa akuisisi ini dianggap menguntungkan kedua pihak, terutama BTN. Saat ini pasar masih menanti keputusan resmi dari pemerintah, Bank Mandiri dan BTN mengenai akuisisi tersebut," ujarnya

Disisi lain, para pengembang properti yang tergabung dalam Realestat Indonesia (REI) meminta pemerintah mempertimbangkan kembali rencana akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk oleh PT Bank Mandiri Tbk. Real Estate Indonesia (REI) mengatakan bahwa pemerintah harus mempertimbangkan kembali rencana tersebut, mengingat BTN saat ini merupakan satu-satunya bank yang fokus bisnisnya jelas. Yaitu, membiayai perumahan, khususnya perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). BTN, memiliki sejarah panjang dan sudah terbukti berkomitmen fokus membiayai perumahan. Hal ini menunjukan bahwa akuisisi BTN merupakan langkah mundur  negara dalam menyediakan kredit pemilikan rumah (KPR) bagi seluruh lapisan masyarakat. (www.vivanews.com)

Sepertinya perlu obrolan pemerintah yang lebih jelasnya lagi terkait rencana tersebut agar tidak ada akuisisi tersebut (jika terealisasi) dapat berfungsi dengan baik (BTN yang tetap fokus pada sector kredit bagi perumahan) melihat perbankan yang bergerak untuk sector kredit perumahan masih sangatlah sedikit. Apakah ego pemerintah untuk menjadikan perbankan nasional mampu bersaing di ASEAN dinilai tepat?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline