Pemandangan begitu kontras dengan keindahan yang disajikan oleh Segara Anak dan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani lainnya yaitu sampah yang masih saja terlihat berserakan sehingga mengurangi keindahan dan kenyamanan.
Sampah yang bertebaran tak terurus di pinggir danau menggerakkan hati para pemuda peduli lingkungan asal Jenggik, Lombok Timur, dengan sukarela dan swadaya bersama para pendaki lainnya memungut sampah di seputar danau dan di kawasan lainnya di Taman Nasional Gunung Rinjani. Sampah yang berserakan akibat dari para pengunjung tak bertanggung jawab yang membuang sampah sembarangan menyebabkan kotornya lingkungan di sekitar danau. Tak jarang bau busuk tercium akibat penumpukan sampah yang tak terurus.
Dalam seharinya para pemuda ini dapat memungut sampah rata rata 10 karung sampah. Sampah-sampah yang ditimbun yang nantinya akan dipilih dan dibakar antara lain yaitu sampah plastik bekas bungkus makanan cepat saji, gelas, botol, kaleng, tissue, rokok serta sampah bekas makanan yang ditinggalkan oleh para pendaki.
Keberadaan sampah yang kebanyakan adalah sampah plastik membutuhkan waktu hingga100 hingga 500 tahun untuk bisa terurai ini sangat membahayakan dan mengganggu ekosistem di kawasan Rinjani. Sampah-sampah ini dapat mencemari tanah air bahkan udara.
Untuk menaggulangi sampah ini beberapa pihak seperti porter dan para pendaki mencoba membakarnya, namun terkadang proses pembakaran yang tidak sempurna malah akan menimbulkan asap yang dapat mengganggu pernapasan hingga berpotensi menyebabkan kanker bagi yang menghirupnya.
Sebagai salah satu aset besar yang dimiliki Lombok bahkan Indonesia, Rinjani yang memiliki sejuta keindahan alam tidakseharusnya dibiarkan penuh sampah. Miris memang para pendaki Rinjani yang menyebut dirinya penikmat danpecinta alam membiarkan sampah bertebaran di Rinjani. Setidaknya membawa sampahsendiri keluar dari kawasan Rinjani merupakan salah satu bentuk kepedulian kita untuk tetap menjaga keindahan Rinjani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H