Beberapa hari lalu, saya menemukan sebuah postingan di beranda Facebook yang cukup menarik perhatian. Isinya menceritakan tentang seorang influencer terkenal yang baru saja mengalami perampokan di rumah mewahnya.
Apa yang menjadi sorotan netizen +62?
Ternyata, sang influencer kerap membagikan konten "room tour" di media sosial, memperlihatkan detail rumah yang baru dibangunnya. Dari awal proses pembangunan hingga akhirnya pindah, setiap sudut rumahnya terekam jelas pada akun tiktoknya.
Dari komentar yang saya baca di postingan tersebut, banyak yang berpendapat bahwa perampok mengetahui seluk-beluk rumah itu dari unggahan-unggahan si korban.
Menarik bukan?
Bagaimana sesuatu yang tampaknya sepele, seperti membagikan "kebahagiaan" lewat media sosial, bisa berujung pada kejadian yang tidak diinginkan.
Ini mengingatkan saya pada sebuah seminar tentang Literasi Digital yang pernah diadakan oleh Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi Bali (Diskominfos Bali) di tempat saya bekerja beberapa bulan lalu.
Empat Pilar Literasi Digital: Panduan Hidup Aman di Era Digital
Dalam seminar tersebut, dibahas tentang empat pilar penting dalam Literasi Digital, yang disebut dengan singkatan CABE---Cakap, Aman, Budaya, dan Etika.
Pilar-pilar ini mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam menggunakan internet dan media sosial.
- Digital Skill (Cakap): Kemampuan menggunakan teknologi dengan baik.
- Digital Safety (Aman): Mengutamakan keamanan dan perlindungan data pribadi.
- Digital Culture (Budaya): Menjaga nilai-nilai budaya dalam dunia digital.
- Digital Ethics (Etika): Bertindak etis dan bertanggung jawab secara digital.
Kasus perampokan di atas adalah contoh nyata dari kurangnya kesadaran terhadap pilar Aman. Ketika kita dengan mudah membagikan kehidupan pribadi di media sosial, kita sering kali lupa bahwa di balik layar ada orang-orang yang mungkin punya niat kurang baik.