Lihat ke Halaman Asli

Catatan dari Seorang Bayi, Hak Hidup

Diperbarui: 16 September 2015   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

DEAR
Tujuan Hidup

Hidup dan adalah hal yang terjadi di dunia ini. Sebelum nyawa itu datang bak serta merta keajaiban Tuhan terjadi. Seorang wanita begitu bahagia, namun tidak untuk sebagian wanita lain.

Rasulullah memuliakan seorang wanita lebih dari yang lain, bahkan mengibaratkannya ibu tiga tingkat daripada seorang ayah. Apakah seorang wanita akan menjadi ibu setelah melahirkan? Atau, apakah seorang wanita tidak bisa menyandang status ibu tanpa dia sanggup melahirkan dan seorang laki-laki yang tidak bisa melakukannya (sebuah penyakit kelaianan = mandul).

Seorang anak tidak akan ada tanpa di lahirkan, dan tidak terjadi tanpa seorang ayah. Anak adalah anugerah Tuhan, tapi apa jadinya jika kekuatan Tuhan di nodai hanya karena seorang anak itu tidak di inginkan keberadaannya tidak lain adalah oleh orang tua nya sendiri. Dalam hal ini bisa kita sebut, aborsi. Lantas apa sebenarnya tujuan seorang bayi itu hidup di dunia, apa untuk di tiadakan. Bukankah Tuhan merencanakan takdir namun kita malah merusaknya atau, apakah ini juga adalah takdir Tuhan.

Di Indonesia mengenal sebuah kehinaan yang dinamakan ‘Anak Haram’ yang sebenarnya pada islam adalah tidaklah ada yang disebut anak haram, karena seorang anak tidak lahir kedunia tanpa melalui proses yang di sebut bayi. Dalam islam bukankah seorang bayi adalah suci yang bahkan ia adalah manusia yang tidak memiliki segala dosa dan segala keburukan.

Entah apa yang di sebut anak haram atau apalah, itu bagai menodai sekuntum mawar dan menyisihkannya hanya karena duri mereka melukai seseorang. Bukankah mawar memang memiliki duri untuk melindungi bunganya, lalu ini salah manusia yang tidak berhati-hati atau manusia yang menyalahkan siapa.

Catatan dari seorang bayi, aku hidup di dunia karena rasa sayang atau kesalahan.

(C) 2015 eka diarta. rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline