Lihat ke Halaman Asli

Eka Dian Khotima

Mahasiswa D3 Keperawatan Institut Kesehatan Hermina

Peran Pola Hidup Sehat dalam Mencegah Diabetes Miletus

Diperbarui: 21 November 2024   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Nama  : Eka Dian Khotima

NIM    : 24051019

Prodi   : D3 Keperawatan (Institut Kesehatan Hermina) 

 

PERAN POLA HIDUP SEHAT DALAM MENCEGAH DIABETES MILETUS

Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan global yang terus meningkat prevalensinya setiap tahun. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita diabetes di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai 643 juta pada tahun 2030. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga memengaruhi sistem kesehatan dan ekonomi, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Diabetes melitus, yang sering disebut sebagai penyakit metabolik kronis, ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi akibat gangguan produksi atau fungsi insulin. Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kebutaan, hingga amputasi.

(Sulistini dkk., 2020), mengatakan diabetes melitus adalah kondisi penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah. (Djannah dkk., 2023) mengatakan, hasil penelitian Primadani dan Djannah (2023) di Puskesmas Gamping 1 Sleman menunjukkan bahwa terdapat 30% dari penderita DM yang tidak mendapatkan dukungan secara emosional, kemudian sebanyak 38,33% pula tidak mendapatkan dukungan informasional. Beberapa penyandang diabetes mengalami komplikasi serius yang mempengaruhi kualitas dan lama hidup. Komplikasi pada tungkai bawah merupakan salah satu yang sering dijumpai, biasanya berupa ulkus pada kaki dan hal ini bervariasi, baik dalam insidens dan prevalensi. (Sitompul dkk., 2014).

Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh kombinasi dua faktor, yaitu gangguan pada sekresi insulin karena terdapat masalah pada sel pankreas dan ketidakmampuan jaringan yang peka terhadap insulin untuk merespons insulin. Secara fisiologis, hormon insulin yang telah diproduksi menyebabkan glukosa yang terdapat di dalam darah memasuki sel tubuh dan diubah menjadi energi. Kondisi defisit insulin berkepanjangan pada diabetes melitus dapat menyebabkan gangguan pada organ tubuh dan meningkatkan angka mortalitas. Hal tersebut menjadi alasan DMT2 perlu mendapatkan perhatian dan penatalaksanaan yang tepat. (Gunawan dkk., 2023).

Peningkatan kasus diabetes melitus banyak dipengaruhi oleh pola hidup modern yang cenderung tidak sehat. Konsumsi makanan tinggi gula dan lemak, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok merupakan beberapa faktor risiko utama yang berkontribusi pada penyakit ini. Di sisi lain, berbagai penelitian menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat dapat secara signifikan mengurangi risiko diabetes melitus, bahkan pada individu yang memiliki kecenderungan genetik. Kebiasaan merokok juga dikaitkan dengan risiko diabetes. Studi oleh Willi et al. (2007) mengungkapkan bahwa perokok memiliki risiko 44% lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes dibandingkan dengan non-perokok. Selain itu, kurang tidur kronis dan stres berkepanjangan dapat memengaruhi regulasi hormon, termasuk insulin dan kortisol, yang berkontribusi pada peningkatan risiko diabetes, (Puspitaningsih & Kusuma, 2017).

Pola hidup sehat, yang meliputi asupan makanan bergizi, rutinitas olahraga, manajemen stres, dan tidur yang cukup, memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan metabolisme tubuh. Dengan mengadopsi pola hidup sehat secara konsisten, tidak hanya risiko diabetes melitus yang dapat dicegah, tetapi juga kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan dapat meningkat. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai pentingnya pola hidup sehat dalam mencegah diabetes melitus, serta memberikan rekomendasi praktis bagi individu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun keseimbangan energi dalam tubuh menjadi faktor fundamental yang memengaruhi kesehatan manusia. Prinsip Balance, Intensity, Variation, and Adequacy (BIVA) atau keseimbangan, intensitas, variasi, dan kecukupan menjadi konsep penting dalam menjaga fungsi tubuh tetap optimal. Keseimbangan (balance) mengacu pada asupan dan pengeluaran energi yang seimbang untuk mencegah penumpukan atau kekurangan nutrisi. Intensitas (intensity) berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik yang memadai untuk mendukung metabolisme tubuh. Variasi (variation) merujuk pada pentingnya konsumsi beragam jenis makanan agar tubuh memperoleh semua nutrisi yang diperlukan. Sedangkan kecukupan (adequacy) memastikan bahwa kebutuhan tubuh akan energi dan zat gizi terpenuhi dengan baik. (Utari dkk., 2018).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline