Lihat ke Halaman Asli

Memproduksi Daging Sapi Dalam Negeri

Diperbarui: 9 Februari 2016   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia telah berdiri lebih dari 70 tahun, pangan – sandang – papan adalah trilogi kebutuhan dasar rakyat Indonesia.
Pemenuhan pangan merupakan kewajiban seluruh rakyat yang dipimpin pemerintah, bersama” menyediakan pangan lewat rencana, bimbingan, pemecahan masalah, dan evaluasi serta reprograming.

Termasuk produksi daging sapi sebagai sumber protein hewani asal daging. Jaman dulu daging sapi merupakan pangan mahal, karena tidak semua orang bisa makan daging sapi. Hanya saat jamuan makan atau acara seremonial yang mewah, olahan daging sapi menjadi salah satu menu mewahnya.
Peternak sapi hanya beberapa gelintir di Pulau Jawa, di beberapa pulau di Indonesia Timur, peternak sapi adalah seorang dengan tingkatan kelas terpandang.

Itulah kenapa, ternak sapi sering juga disebut Rojo Koyo, karena nilainya yang cukup tinggi.

Perbaikan ekonomi membuat daya beli rakyat meningkat, termasuk daya beli protein, di dalamnya daging sapi. Orang banyak beli daging dan konsumsi daging sapi menjadi hal yang umum, perkembangan daya pikir generasi mendatang semakin baik.

Tapi sayang, kita lupa bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti Deret Ukur, sementara kita terjebak dalam perhitungan Deret Hitung untuk pemenuhan sumber ekonomi, sehingga kita lupa bahwa Sumber Daya Alam akan terus berkurang untuk memenuhi kebutuhan Sumber Daya Manusia.

Akhirnya kita bekerjasama dengan swasta, mendatangkan ternak sapi dan daging sapi beku dari negara tetangga, dalam hal ini Australia. Kita pilih Australia karena kualitas komoditas yang bagus dan aman dikonsumsi (bebas PMK dan sumber penyakit berbahaya lainnya).

Kitapun juga memelihara ternak sapi potong sendiri, tetapi kita khilaf untuk membudidayakan lebih maksimal, akhirnya kita sadar setelah banyak ternak tidak layak potong (betina produktif, bobot badan belum tercapai, kesulitan mendapatkan) mulai kita konsumsi, kita kelabakan dan mulai berfikir (manajemen by kefefet).

Okelah, kita tak perlu bahas, terlalu klasik masalahnya, tapi terlalu lebay mengatasinya, jadinya banyak kemubadziran.

Kita ngobrol solusinya saja.

Kalau kita petakan, kita akan dapatkan sentra peternakan sapi potong yang dapat dikembangkan, yaitu : Sumatera, Kalimantan, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Disanalah kita tempatkan SAPI INDUKAN, kita tempatkan dalam kandang dan dilengkapi dengan lahan Hijauan Makanan Ternak dan makanan penguat (konsentrat); pusat Inseminasi Buatan; dan laboratorium kesehatan ternak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline