Lihat ke Halaman Asli

Emas Putih Rakyat, Harusnya Berkilau Indah

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

EMAS PUTIH RAKYAT, HARUSNYA BERKILAU INDAH

"Kasihan ya Pak", kata induk merpati betina. "Coba lihat, Pak Ahmad dini hari sudah bangun, mengurus sapi laktasinya yang delapan ekor, empat sapi kering kandang dan empat pedet", lanjut sang betina. "kenapa kasihan Bu?", jawab Sang Jantan. "buktinya Pak Ahmad mampu menyekolahkan anak-anaknya, si sulung hampir masuk Perguruan Tinggi. Berarti usaha Pak Ahmad masih layak dilakukan", lanjutnya. "Toh, Pak Ahmad tidak sendirian, Bu Ahmad dan ketiga anaknya selalu membantu, masih ditambah Tono yang khusus membantu di kandang", imbuh Sang Jantan. "benar juga Pak, dengan duabelas induk dan empat pedet, Pak Ahmad dapat hidup cukup. Ditambah ketelatenan Pak Ahmad merawat semua sapi perahnya", sambung Sang Induk.

Percakapan sepasang merpati yang tinggal di kotak kayu dekat kandang sapi perah Pak Ahmad memberi sepenggal cerita kehidupan peternak sapi perah rakyat Indonesia. Perkembangan sapi perah rakyat di Indonesia saat ini masih tertinggal bila dibandingkan dengan perkembangan sapi perah dunia yang semakin berkembang baik sisi teknis budidaya, reproduksi, manajemen, penanganan kesehatan sampai pengolahan air susu pasca panen.

Data jumlah penduduk Indonesia yang telah mencapai 220juta jiwa dan angka yang menyebutkan bahwa produksi susu Indonesia baru menyediakan 33% total kebutuhan pasar domestik, berarti ada 67% pasar potensial yang masih menganga.

Persusuan nasional seharusnya sudah memasuki usia dewasa, baik dari segi produksi maupun teknologi. Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai Induk Koperasi Primer Susu di Indonesia seyogyanya sudah dapat memberi sumbangsih nyata bagi kemajukan peternakan sapi perah Indonesia.

Permasalahan dan pengalaman yang ada membuat beberapa insan sapi perah Indonesia berinisiatif sendiri-sendiri agar tidak tertinggal dan dapat terus eksis dalam usaha sapi perah, seperti mengolah air susu menjadi produk olahan, misalnya susu pasteurisasi, tahu susu, krupuk susu, dodol susu, yoghurt, permen, karamel, keju dan produk olahan lainnya.

Bermuara pada upaya peningkatkan konsumsi protein perkapita dan pendapatan peternak rakyat, saatnya dilakukan upaya nyata, terarah dan terprogram oleh semua pihak untuk meningkatkan produktivitas ternak serta evaluasi menyeluruh sehingga monitoring produktivitas dapat terukur, kuantitatif maupun kualitatif.

SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber daya manusia (bukan hanya peternak semata, tetapi juga pada pembuat sistem dan konsep persusuan yaitu Pemerintah, akademisi, perusahaan peternakan dan Koperasi Susu) berperan dalam pelaksanaan manajemen usaha ternak yang menentukan keberhasilan usaha.

Dimulai dari pelaku langsung dilapangan, peternak sebagai ujung tombak usaha yang harus diberi pelatihan, transfer teknologi dan informasi. Pembiayaan kegiatan ini dapat diambil dari Pos Dana APBN/APBD, Pemerintah Daerah, Koperasi atau peternak itu sendiri. Pembiayaan tersebut menjadi sangat murah bila muatan-muatan yang diterima dapat diserap, dicerna dan diterapkan oleh peternak, dibarengi pendampingan dan arahan secara simultan yang berimbas pada peningkatan produktivitas ternak.

Pengurus Koperasi Susu seyogyanya memiliki kemampuan dan keterampilan mumpuni untuk disampaikan kepada anggota melalui pendidikan dan latihan langsung dilapangan sehingga budidaya ternak dapat efektif dan efisien. Pelatihan dan pendidikan bagi Staf Teknis Koperasi mutlak dilakukan selain studi komparasi dan transfer informasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline