Tantangan Peternakan Indonesia
Persapian Indonesia sebenarnya tetap terkungkung pada permasalahan klasik yang sebenarnya selalu menjadi ‘pekerjaan rumah’ seluruh stake holder persapian Indonesia. Sayangnya, negara ini tidak serius dan tidak berkeinginan besar untuk menjadikan persapian Indonesia menjadi lebih baik.
Tataniaga
Permasalahan ini masih sangat menganggu dan terus menghantui perkembangan usaha peternakan sapi. Proses distribusi persapian Indonesia menunjukkan betapa lemahnya tataniaga daging dan susu di bumi nusantara ini. Nilai permintaan dan penawaran pada beberapa produk daging dan susu lebih mengarah pada sistem kartel dan monopoli sehingga banyak kepentingan yang terjadi dalam ranah perkembangan ternak sapi Indonesia. Harga daging yang saat ini tertekan akibat banjirnya daging impor dan aliran ternak impor, penerimaan susu oleh Industri Pengolahan Susu yang tidak berpihak pada peternakan rakyat memberi signal-signal yang jelas bagi perlemahan nilai-nilai peternakan sapi Indonesia
Egosektoral
Hampir kebanyakan stake holder di republik ini melakukan usaha dan kebijakan perkembangan persapian nasional hanya sebatas pada kepentingan golongan/kelompok semata. Keinginan menjadi yang terbaik dengan mengabaikan sebuah kolaborasi yang manis menjadikan kesatuan misi dan visi dalam merealisasikan kemandirian persapian nasional hanya sebuah utopia semata
Penegakan Aturan
Seluruh aktifitas perkembangan persapian nasional sampai saat ini masih diwarnai dengan berbagai pelanggaran dan hal ini menyebabkan terjadinya stagnasi atau hal yang lebih buruk lagi. Pemotongan ternak betina terjadi karena penegakan aturan hukum yang setengah-setengah, dilanggarnya konsep karantina hewan di Indonesia, protokol impor serta beberapa kegiatan ‘hanky panky’ dalam persapian Indonesia merupakan cermin betapa penegakan aturan masih sangat lemah dan penih pensiasatan
Ketidakjelasan Program Pemerintah
Pemerintah sebagai regulator perkembangan persapian Indonesia, kadang kala masih melakukan program-program yang tidak jelas arah dan tujuannya. Konsep pengembangan peternakan sapi potong dengan memberlakukan impor sapi Brahman Cross betina bunting sungguh sangat tidak bijak, karena evaluasi terhadap nilai kebuntingan kembali sangat rendah dan tidak pernah terlaporkan secara gamblang. Proses pengadaan ternak inipun sangat tidak masuk akal, seekor ternak betina produktif dengan harga pengadaan seperti ternak potong adalah sebuah hal yang menggelikan. Juga program kebijakan pendanaan bagi masyarakat peternakan Indonesia yang belum memberikan penyegaran. Aturan-aturan yang tidak jelas, pembatasan-pembatasan yang sangat kabur serta ketidakberanian pemerintah dalam menentukan keputusan merupakan pemicu ketidakberhasilan program pemerintah
Penyediaan pakan ternak
Tentunya sebagai salah satu hal penting dalam segitiga produksi, penyediaan pakan ternak merupakan hal yang patut menjadi perhatian. Penelitian-penelitian tentang pakan ternak ruminansia dari berbagai bahan hasil samping usaha dan agroindustri pertanian – perkebunan menunjukkan betapa potensi pakan ternak merupakan hal yang patut menjadi perhatian. Akhirnya, akhir-akhir ini banyak hasil samping usaha dan agroindustri pertanian – perkebunan diekspor keluar negeri sebagai pakan ternak, sementara di dalam negeri, ‘sapi makan sapi’ menjadi fenomena umum saat musim kemarau
Pendampingan dan bimbingan
Peternakan rakyat saat ini masih menjadi obyek persapian Indonesia. Mereka masih berada dibawah kendali tataniaga yang dikuasai oleh pemodal kuat dan perusahaan besar milik pebisnis sapi. Kebanyakan Koperasi Unit Desa sebagai pengayom mereka belum menunjukkan fungsi dan peran seperti yang diharapkan. Ketiadaan pendampingan dan pembimbingan kepada peternakan rakyat menjadikan kualitas reproduktif ternak sapi menurun, pemotongan ternak betina produktif, ketidakmampuan dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi air susu dan rendahnya nilai tawar peternakan rakyat adalah bukti konkret yang patut digarisbawahi
Solusi jitu peternakan sapi Indonesia
Pemetaan Ternak
Masing-masing wilayah melakukan pemetaan atas ternak sapi, mengenai jumlah, jenis kelamin, kondisi (kapita selekta) dan kebutuhan masing-masing wilayah
Perbaikan Tataniaga
Berdasarkan pemetaan yang ada, dapat ditentukan besaran kebutuhan ternak sapi, daging dan produk olahan ternak sapi sehingga harga penawaran yang diberikan peternak/penjual dapat bersanding ideal dengan harga permintaan dari konsumen, termasuk didalamnya proses rantai distribusi yang biasa terjadi agar dapat diatur sehingga tidak merugikan peternak sebagau hulu distribusi produk peternakan
Penegakan Aturan
Sudah saatnya kita kembali pada posisi yang mantap dalam menjalankan aturan. Aturan dan kebijakan peternakan merupakan rambu-rambu hukum dalam melakukan usaha ternak yang terarah, terencana dan tertata. Melalui penegakan aturan yang ketat, peternakan Indonesia akan menuju kearah yang lebih profesional, sehingga model perdagangan dengan negara lain juga dapat dilakukan secara berimbang dan saling menguntungkan