Lihat ke Halaman Asli

Eka MP

Penulis - Blogger

Novel Kelir dan Prasa Lahir dari Misteri Berbalut Politik

Diperbarui: 14 November 2023   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc. Pribadi 

Minggu, 29 Oktober 2023 di saat matahari sedang terik-teriknya saya melangkahkan kaki menapaki anak tangga di gedung PDS HB Jassin Taman Ismail Marzuki Jakarta. Siang itu saya dibuat penasaran dengan dua buah Novel yang akan diluncurkan sekaligus dibedah isi maupun proses kreatif sang penulis. 

Nobel Kelir dan Prasa keduanya adalah Novel ditulis oleh Yon Bayu Wahyono, mantan jurnalis yang kini fokus menulis buku. Pria kelahiran Jakarta ini dikenal dekat dengan dunia misteri selama aktif menjadi jurnalis. 

Awalnya saya pikir kedua novel tersebut berkaitan karena diluncurkan bersamaan. Namun sebelum memasuki ruangan tempat dilaksanakannya acara bedah novel saya sempat berbincang dengan beberapa orang yang sudah membaca salah satu atau keduanya. Ternyata novel Kelir dan Prasa tidak ada kaitan apapun. Benar-benar merupakan entitas yang berbeda. 

Peluncuran Novel Kelir dan Prasa bukan sekadar acara seremonial namun lebih dari itu karena ada bedah novel oleh dua orang pemateri yang memiliki latar belakang literasi yang mumpuni. 

Kelir 

Kreasi pribadi 

Kelir dalam pewayangan adalah layar yang digunakan untuk memainkan wayang. Di satu sisi penonton hanya melihat bayangan berbagai adegan sementara di sisi lain ada seorang dalang yang lihai menjalin cerita.

Novel Kelir karya Yon Bayu Wahyono ini mengisahkan tentang sebuah makam yang dikeramatkan. Tentang kejawen yang sering disalahpahami oleh orang -orang. Tentang ritual dengan latar belakang budaya Jawa. 

Doc pribadi 

Nukilan Novel Kelir dibacakan dengan apik oleh Retno Budiningsih membuat pendengar asyik menyimak hingga akhir. Sedikit gambaran tentang isi novel Kelir ini semakin diperdalam melalui bedah novel oleh Sunu Wasono seorang mantan dosen yang sangat memahami seluk-beluk budaya Jawa. 

Berbagai pertanyaan tentang kejawen muncul dari karakter Paksi, seorang pemuda kota besar yang "dipaksa" berada di sebuah padepokan dengan latar belakang budaya Jawa yang kental. Ketidakpahaman Paksi ini nyaris mewakili prasangka orang-orang yang juga tidak memahami apa itu kejawen. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline