Lihat ke Halaman Asli

Kepemimpinan dalam Film "Crimson Tide"

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ini sebuah film yang sudah cukup lama, menceritakan kisah di sebuah kapal selam nuklir AS, USS Alabama, yang diperintahkan oleh Panglima tertinggi AL untuk meluncurkan peluru kendali berkepala nuklir untuk meng-counter rudal sejenis yang diluncurkan menuju wilayah AS dari intalasi nuklir Rusia yang direbut oleh pemberontak ultranasionalis Rusia. Perintah diterima oleh pimpinan kapal selam, lalu setelah diotentifikasi, ternyata valid dan otentik, dan itu berarti perintah harus dilaksanakan.

Menurut prosedur baku, peluncuran peluru kendali nuklir harus disetujui oleh 2 pihak, yaitu kapten kapal (CO/ commanding officer) serta XO (executive officer). Jika kedua pihak ini setuju, maka kode eksekusi ada ditangan  perwira senjata (WEPS / weapon officer). Hanya saja, menjelang peluncuran, USS Alabama terlibat pertempuran dengan kapal selam Rusia yang dikendalikan oleh para pemberontak, sehingga membuat mereka bermanuver dibawah laut, dan tentu saja saluran komunikasi putus. Sesaat menjelang komunikai putus, mereka menerima perintah lanjutan dari panglima tertinggi AL tentang peluncuran peluru kendali nuklir tersebut, tetapi transmisi pesan terputus, sehingga tidak diketahui maksudnya.

Sementara persiapan peluncuran rudal nuklir sudah dimulai, tetapi mereka tidak bisa mengkonfirmasi ulang perintah yang terakhir karena terlibat pertempuran di bawah laut, dan akibat pertempuran, USS Alabama mengalami kerusakan, termasuk saluran komunikasi.

Di sini USS Alabama mengalami masalah, apakah tetap meluncurkan rudal nuklir tersebut atau membatalkannya? Bagaimana jika perintah terakhir yang tidak lengkap tadi ternyata merupakan perintah pembatalan? Tetapi juga bisa perintah untuk mempertegas peluncuran..

CO berpendapat, peluncuran rudal nuklir tetap harus dilakukan, karena berpedoman kepada aturan baku angkatan laut AS, dimana dalam situasi komunikasi terputus, maka yang harus dilaksanakan adalah perintah terakhir yang jelas dan otentik, dalam hal ini adalah, menembakkan rudal nuklir. Waktu sudah sangat tipis, dan USS Alabama sudah tidak punya waktu lagi. Hal ini diperkuat dengan aturan laut AS yang memberikan otoritas penuh kepada CO untuk memutuskan apa yang terbaik dengan mempertimbangkan semua situasi, termasuk perintah yang masuk. CO berpendapat kalau USS Alabama menunda peluncuran rudal nuklir, masa bija jadi rudal nuklir Rusia sudah menghantam tanah AS, dan USS Alabama terlambat menyelamatkan warga AS di tanahnya sendiri.

XO berpendapat, peluncuran rudal harus ditangguhkan, sampai mendapat konfirmasi ulang, apa isi perintah terakhir. Ini masalah rudal nuklir, bukan sekedar torpedo semata, dan kalau perintah terakhir tadi adalah pembatalan dan USS Alabama tetap meluncurkan rudal, maka ini akan menimbulkan krisis baru, walaupun kita bisa bersembunyi dengan dalih komunikasi terputus.

Menurut aturan angkatan laut AS, jika XO tidak setuju, maka perintah tidak bisa dieksekusi. Berdasarkan aturan juga, CO membebastugaskan XO dan menggantinya dengan XO yang baru, dan menahan XO dengan alasan membangkak terhadap perintah. XO melawan, dengan alasan aturan angkatan laut juga, Mengapa diadakan jabatan XO? supaya terjadi mekanisme collective decision making, sehingga keputusan yang dibuat sudah mendapatkan pertimbangan dari berbagai pihak, dan itu adalah yang terbaik. Dengan memmbebastugaskan XO, maka CO juga membangkak kepada aturan angkatan laut AS.

Tinggal WEPS yang berada dalam kondisi dilematis, yang akhirnya juga tidak mematuhi perintah CO untuk menambahkan rudal nuklir.

Ringkas Cerita, semua berakhir dengan Happy Ending. Hanya saja situasi dilematis saat pembuatan keputusan yang penuh konflik itu menjadi sorotan petinggi angkatan laut AS. Mereka pun tidak bisa menilai, siapa yang benar, dan siapa yang salah, tetapi konflik kepemimpinanterjadi di USS Alabama, dan membuat situasi keberpihakan anak buah kapal menjadi terpecah, dan juga terlibat konflik.

Lessons Learned dari film ini :

1. Pada kondisi informai yang terbatas, memang tidak ada kondisi yang ideal. Keputusan yang dibuat juga tidak akan ideal, kalupun pas benar, besar kemungkinan itu adalah kebetulan. Pada situasi krisis yang minim informasi dan mengharuskan sebuah keputusan dibuat dengan cepat, maka kita bisa menyalahkan pembuat keputusan apabila ternyata dia membuat keputusan yang tidak ideal. Sebuah penjelasan tetap diperlukan, dan selama dia tidak menabrak rambu apapun, ya kita tidak bisa menyalahkan dia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline