Lihat ke Halaman Asli

Tanda?

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap orang pernah menemui kebuntuan dalam hidupnya. Kebuntuan atas harap, kebuntuan atas rasa ingin tahu yang seolah seperti gayung yang mustahil bersambut. Karna tak kunjung menemukan jawaban yang memuaskan. Saat itulah tanda tanya mulai mengambil alih seluruh pikiran kita. Sibuk menduga-duga. Sibuk mencipta kalimat tanya. Otak kita tiba-tiba mempunyai joblist baru. Mesin produksi kalimat tanya plus jawabannya.

'Karena sadar atau tidak, setiap manusia pernah mengalami masa di mana tanda tanya memenuhi seluruh otaknya, membuat penuh isi kepala tanpa mampu dilahirkan mulut dalam wujud suara,'

Mengapa ada manusia yang pada akhirnya memilih menjadikan tanda tanya hanya sebatas mahkota di kepala? Atau hanya berakhir sebagai simbol-simbol untuk memenuhi otak saja? Setiap manusia mempunyai alasan yang berbeda.

Begitu pula denganku. Aku pun memiliki alasan tersendiri.

***

Mengapa aku dihadirkan hanya untuk kemudian susah payah disingkirkan?

Bertahun-tahun kubiarkan kalimat tanya itu menjamur di kepalaku. Mengabaikannya terkikis waktu. Sampai suatu hari seseorang bertanya padaku. Tanya yang kemudian memunculkan lebih banyak lagi kalimat tanya di kepalaku.

"Bagaimana rasanya kondangan di nikahannya mantan?" Tanya kawanku.

Aku tersenyum kecut.

Aku tak mampu menjawab dengan lugas dan jelas. Aku hanya bisa bercerita sedikit. Sebatas prolog dan epilog. Setelahnya, akan kusilahkan kawan itu untuk menentukan sendiri jawaban terbijak atas kalimat tanya yang dia lontarkan.

***

Trrrtttt...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline