Lihat ke Halaman Asli

Alam, Motivasi, Pencipta, dan Kebersamaan

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sekoci itu pun mengantar ‘sang’ menembus awan, menghirup udara tipisnya. Pinus di gerak oleh angin, memercik air dari bekuan kabut. Titik 0 derajat menghampiri ‘sang’ di kala surya masih tenggelam oleh gelap. Retina yang di manja pemandangan megah karya tuhan, mengecil membuat fokus kearah horizon tempat ‘amon ra’ bersemayam sebelumny. Indah, tampak paduan warna harmonis yang membuat kehangatan ditengah semilir angin fajar. Menanti rekahan yang menghapus dingin dan katalis oksigen. Suatu karya agung yang cantik jelita akan menyapa…

Tak ada satupun gambar yang bisa mendeskripsikan keindahan alam.

Ibarat tenggelam di keheningan dalam penantian keindahan membuat kata ‘nagih’ tidak berlebihan untuk masuk merasuk dalam pikiran. Berkata dalam hati “petualangan selanjutnya akan lebih dari ini”. Motivasi baru beranjak dalam benak, membuat saraf bereaksi terhadap imaji yang terbangun untuk kejutan berikutnya. Alam memunculkan motivasi itu. Fuuah..

Alam, mengakar membentuk panorama yang membuat pikiran tergiring pada kebesaran pencipta. Perlu adanya mekanisme kedekatan antara sosok sombong dengan alam, dengan pencipta. Penerimaan raga akan kebesaran akan beriringan dengan penerimaan spiritualitas. Alam pun akan mengorek-ngorek kegundahan, kebutaan dan pemberontakan pada pencipta. Kadang, terdapat tempat penyembahan yang berdekatan dengan keelokan alam. Benarkah untuk mendekatkan pada pencipta?

Alam, pun hangat menyentuh kebersamaan. Api yang menyala dalam dingin akan mencipta kerinduaan dalam lingkran api, kerinduan bersama. Dingin bersama hangat memadu pada relung jiwa yang merasa dekat. Sirna lah kemewahan pribadi saat kita berdekatan dengan alam. Betapa menakjubkan nya beliau. Kepada mata yang memandang nya, tanpa sadar tak akan kuasa berkeinginan memeluk yang di cinta, yang disayang. Ohh Indah nya sang alam.

Alam selalu berurai air mata kala ‘sang’ tak lagi menjaga. Alam akan murka ketika ‘sang’ melukai. Alam akan mengamuk untuk kebencian ‘sang’. Alam akan menutup hidup saat pencipta tak lagi terlihat dihati ‘sang’. Alam perlu cinta, cinta yang tak cukup hanya peduli, tak cukup hanya menjaga, tak cukup hanya merawat. Alam perlu cinta tulus, tulus layaknya cinta akan keluarga, percintaan sepasang kekasih dan cinta akan pencipta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline