Dalam acaranya baru-baru ini, Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, menyampaikan tiga pesan krusial terkait peluncuran Kajian Stabilitas Keuangan 40 bertajuk 'Konsistensi, Inovasi dan Sinergi Kebijakan Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan Menuju Indonesia Maju'. Beliau menekankan pentingnya tetap konsisten, inovatif, dan kolaboratif untuk memperkuat sistem keuangan Indonesia sambil mengejar tujuan pembangunan. Disamping itu, kebijakan pemerintah perlu memenuhi lingkungan ekonomi yang dinamis dan bekerja secara koheren untuk mencapai stabilitas dan kemajuan jangka panjang. Buku berwawasan ini merupakan sumber berharga bagi pembuat kebijakan dan investor, menawarkan analisis terperinci tentang sistem keuangan Indonesia dan potensi risikonya.
Pesan pertama Gubernur Bank Indonesia menyoroti kuatnya ketahanan sistem keuangan Indonesia dalam menyediakan kredit dan pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional. Di tengah kondisi ekonomi global yang penuh tantangan akibat pandemi Covid-19, sistem keuangan Indonesia telah menunjukkan kekuatannya melalui berbagai indikator seperti pertumbuhan kredit perbankan, stabilitas nilai tukar rupiah, dan perbaikan neraca transaksi berjalan.
Ketahanan tersebut bukan karena kebetulan, melainkan dicapai melalui kebijakan dan langkah bank sentral untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Kebijakan tersebut antara lain kebijakan moneter yang akomodatif, aturan restrukturisasi pinjaman yang longgar, dan peningkatan dukungan terhadap layanan keuangan digital.
Penerapan kebijakan makroprudensial yang longgar secara konsisten
Pesan kedua beliau menyoroti penerapan kebijakan makroprudensial longgar yang konsisten oleh Bank Indonesia dalam merespons pandemi Covid-19. Kebijakan makroprudensial berbeda dengan kebijakan moneter karena bertujuan untuk memastikan stabilitas seluruh sistem keuangan dan bukan hanya likuiditasnya.
Beberapa contoh kebijakan makroprudensial yang diterapkan oleh Bank Indonesia adalah persyaratan buffer countercyclical yang lebih rendah, rasio loan-to-value yang lebih rendah untuk pinjaman hipotek, dan rasio cakupan likuiditas perbankan yang longgar. Penggunaan kebijakan makroprudensial dalam merespon krisis saat ini bermanfaat dalam menjaga stabilitas keuangan, namun bukan tanpa risiko. Penting untuk menyeimbangkan manfaat dan risiko kebijakan ini untuk sistem keuangan yang berkelanjutan dan tangguh.
Menumbuhkan inklusi keuangan untuk pembiayaan UKM
Pesan ketiga berbicara tentang tumbuhnya inklusi keuangan untuk pembiayaan UKM, yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan mengurangi kemiskinan dan ketimpangan. Meskipun terdapat tantangan dalam mencapai tujuan tersebut, Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam memperluas inklusi keuangan melalui berbagai inisiatif dan program.
Beberapa tantangan yang perlu diatasi termasuk meningkatkan pendidikan keuangan, mempromosikan inovasi tekfin untuk akses yang lebih besar ke layanan keuangan, dan menerapkan reformasi peraturan untuk perlindungan konsumen yang lebih baik. Secara keseluruhan, tumbuhnya inklusi keuangan pembiayaan UKM merupakan kabar positif bagi pertumbuhan ekonomi inklusif dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Kesimpulannya, pesan Gubernur Perry Warjiyo mengenai stabilitas keuangan sangat penting untuk pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kebijakan dan langkah bank sentral tersebut telah menunjukkan hasil yang kuat dalam menjaga ketahanan sistem keuangan, konsistensi penerapan kebijakan makroprudensial yang longgar, dan peningkatan inklusi keuangan pembiayaan UKM. Namun, tantangan dan risiko masih perlu diatasi, dan upaya berkelanjutan diperlukan untuk pembangunan keuangan yang berkelanjutan dan inklusif.
Untuk melanjutkan perbincangan, menurut Anda tantangan apa yang paling signifikan dalam penerapan kebijakan terkait stabilitas keuangan di Indonesia dan bagaimana cara mengatasinya? Bagikan pemikiran dan ide Anda di komentar di bawah.