Lihat ke Halaman Asli

Ego prasetyo

Belajar Menulis

Pro Globalisasi

Diperbarui: 5 September 2017   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang terjadi saat ini beda dengan apa yang terjadi pada masa dulu, semua ini berawal dari ketiadaan hinga menjadi ada, dalam menjadi ada tidak mungkin langsung menjadi ada butuh proses dan rancangan yang singnifikan, jika kita menengok kebelakang masyarakat indonesia dulu belum mengenal apa saja budaya dari negara lain, dulu masyarakat kita masih kental dengan kebudayaan masing-masing yang jawa kental dengan kebudayaan jawa yang medan kental dengan kebudayaan medan dan begitu juga dengan budaya-budaya lainnya, tetapi keadaan saat ini suatu budaya identitas suatu bangsa tergoyahkan dengan identitas bangsa lain, dalam artian bahwasanya setiap negara memliki indentitas masing-masing, identitas ini suatu bukti atau ciri has dari negara tersebut, tetapi yang menjadi permasalahan identitas suatu bangsa tersebut ditranfermasikan kenegara lain, sehinga identitas suatu bangsa lambat laun akan hilang tercampur dengan budaya negara lain. Semua itu bukan tanpa unsur kesengajaan ada maksud dibalik apa yang terjadi saat ini, tidak bisa dipungkiri semua negara pasti ingin negaranya dikenal negara lain dan ingin diakui bahwa negaranyalah negara yang paling baik. Percampuran budaya antar negara inilah yang disebut dengan globalisai.

Dalam perkembangan globalisasi ini kebanyakan sifatnya tidak langsung dalam artian kita tidak perlu repot-repot kenegara lain untuk mengetahi budaya negara tersebut, dengan diam ditempatpun kita bisa mengetahui apa saja budaya identitas negara lain, nampaknya negara tersebut sudah merancang dan memfikirkan akan hal itu, maka dibuatlah saluran komunikasi atau biasa disebut internet,semenjak lahirnya internet inilah pengenalan suatu budaya negara lain banyak beredar dengan dikemas semenarik mungkin contohnya ditranfermasikan dalam sebuah filem, musik, game dll. Dengan kita melihat dari internet dan tidak perlu repot repot kenegara lain secara tidak langsung kita sudah mengalami apa itu masyarakat trasnasional.

Fenomena yang terjadi saat ini nampaknya kita sangat merayakan perbedaan budaya tersebut (Kosmopolit), mengapa saya mengatakan masyarakat sekarang sangat merayakan perbedaan tentunya bukan tanpa alasan, karna jika saya lihat kawan-kawan saya dalam rungan lingkup kelas saja, dalam segi pakaian dan asesoris hampir semuanya itu produk budaya negara lain, dan kawan-kawanpun juga enjoy enjoy saja tidak mempermasalahkan dan mempertanyakan darimana dan mengapa saya memakai ini, pernah saya berfikir apa bila keadaan saat ini belum tercemar dengan globalisasi mungkin kawan-kawan dengan bangga dan percaya diri memakai pakaian atau asesoris dari sukunya masing-masing, misalnya yang jawa pakai blankon atau masih pakai sarung dan asesoris suku lainya, tapi yang terjadi saat ini sudah tidak ada lagi malah lebih bangga kalau punya gadget iPhone.

Saya pribadi pro dengan globalisasi kosmopolit, karena mengapa? Jika saya renenungkan dan berfikirlah saya globalisasi ini sangat bagus, yang menjadi buruknya globalisasi ini adalah negara yang tidak bisa mengolah memanfaatkan globalisasi tersebut, disinilah lemahnya kita hanya penikmat globalisasi tetapi tidak bisa memanfaatkan globalisasi, kalau negara korea selatan terkenal dengan fashion lantas apa yang akan kita kenalkan kepada meraka? Inilah yang menjadi permasalahan saat ini, globalisasi membuat mata kita melek tapi bisa juga membuat kita buta dalam artian, jika semua negara sudah mempunyai internet sedangkan internet tidak masuk kedalam negara kita kitinggalanlah kita sedangkan kalau kita hanya sebagai penikmat globalisasi tertutuplah mata kita akan indentitas bangsa sendiri, ini adalah sebuah momentum tinggal bagaimana cara mengolah globalisasi ini menjadi jaringan komprehensif yang menguntungkan bagi bangsa ini.

Kontranya globalisasi ini adalah masyrakat yang terlalu termakan globalisasi hingga menyalah gunakan globalisasi terutama dalam bidang teknology yang tidak bisa dipungkiri semua informasi baik buruknya informasi mudah tersalur dan tersebar luas dalam internet, pandai-pandailah kita untuk memfilter semua informasi tersebut, tidak sedikik orang mencari keuntungan dengan modus penipuan yang berkedok jualan suatu produk, globalisasi juga bisa merusak identitas suatu bangsa jika bangsa tersebut lalai dan hanya menjadi penikmat globalisasi, yang harus diwaspadai rentangnya pengaruh globalisasi ini terhadap anak yang  masih berusia dini tapi sudah mengenal kecanggihan tekology, itulah yang paling sering terkena dampak globalisasi perlunya pengarahan peran dari orang tua.

Kesimpulanya adalah dari dulu yang kita belum mengenal dan sekarang kita sudah mengenal dan harus tetap mengikuti perkembangan zaman agar tidak ketinggalan zaman, semua itu ada baik dan buruknya tinggal bagimana kita cara mengolahnya, imanuel kant berkata kosmopolit yang sebenarnya adalah hospitolity atau toleransi keramah-ramahan, mengutip dari pendapat emanuel kant tersebut dalam menanggapi Globalisasi kosmopolit kita harus menyambutnya dengan keramah-ramahan dan menghargai suatu berbedaan, suatu perbedaan bukan suatu masalah tapi suatu perbedaan adalah suatu bentuk kekuatan yang harus dimanfaatkan untuk saling menguntungkan. Seiring kemajuan zaman sekarang ini dengan globalisasinya bangsa kita harus berperan sebagai aktor bukan penonton mampu memanfaatkan sebagai sarana memperkenalkan budaya bangsa kita bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar kaya akan sumber pangan rempah-rempah bukti nyata dulu waktu belanda menjajah indonesia karena tertarik akan sumber rempah-rempah yang melimpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline