Lihat ke Halaman Asli

Media Telah Mencerdaskan Seorang Pengamen

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar jam 4.00 WIB aku terbangun karena tanpa sengaja mendengar adzan Shubuh, seketika itu pun langsung pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan wudlu yang di lanjutkan dengan Sholat Shubuh, selesai sholat kemudian keluar rumah sebentar sembari memandang langit yang masih kebiru-biruan dan gelap. Waktu yang tak terasa menujukan pukul 5.00 WIB, membuat sedikit bingung karena mata juga masih terasa ngantuk, namun di sisi lain jika tidur dan bangunnya telat maka nanti tidak bisa masuk kuliah sedangkan presensinya sudah 75%. Waduh, gawat juga jika seperti ini! tanpa disadari mata tidak bisa dikompromi dan akhirnya tidur lagi, tetapi beruntungnya tepat jam 7.15 WIB terbangun juga karena tanpa sengaja mendengar ada tangisan balita tetangga yang bunyinya keras banget.

Setalah terbangun dari tidur langsung bergegas menuju ke kamar mandi lagi untuk mencuci muka dan gosok gigi dan segera berangkat ke kampus, namun tidak sempat mandi karena takut telat masuk ke kelas. Berangkat lah ke kampus menaiki sepeda motor, dengan hati-hatinya mengendarai sepeda motor di jalan raya. Sesampainya di kampus langsung memarkirkan motor tepat di sebelah timur kampus, namun setelah memarkirkan sepeda motor tanpa disadari lupa menyabut kunci sepeda motornya. Dengan terburu-burunya jalan menuju kelas, pas nyampe kelas ternyata belum terlambat alias tepat waktu dan jam pun menunjukan pukul 8.30 WIB.

Dengan tenangnya aku mengikuti proses pembelajaran di kelas walaupun mata agak ngantuk, namun dengan suasana kelas yang lumayan aktif membuat ngantuk pun sedikit terobati. Sekitar satu setengah jam lamanya di dalam kelas berdiskusi membahas “Peran media dalam mempengaruhi masyarakat” tanpa terasa akhirnya jam pelajaran pun selesai. Ternyata waktu selama satu setengah jam terasa kurang jika membahas persoalan media apalagi sekarang media adalah salah satu sarana informasi yang paling efektif dalam mempengaruhi masyarakat dan juga sebagai alat untuk mengontrol kepemerintahan. Media seperti koran, televisi, radio, internet adalah pembahasan yang tak habis-habisnya dalam diskusi kelas tersebut, bahkan tak sedikit teman-teman kelas yang berdebat untuk mempertahankan argumennya.

Masuk jam kuliah kedua yaitu mata kuliah Islam dan Budaya Lokal tetapi dengar informasi dari teman kelas ternyata Dosen pengajarnya tidak masuk dan akan diganti pada hari berikutnya. Seketika itu aku pun mencari warung makan karena perut masih kosong dan balum sarapan. Menuju ke belakang kampus dengan teman-teman yang juga bernasib sama yaitu kelaparan akibat belum sarapan pagi, setelah sampai di warung makan akhirnya makan sampai kenyang juga. Dengan perut kenyang pikiran pun luamayan tenang, hendak pulang ke kos untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah yang belum terselesaikan.

Menuju ke parkiran untuk mengambil sepeda motor, sesampainya di parkiran biasanya menggeledah kantong depan untuk mengambil kunci namun tidak menemukan kunci motor dan selanjutnya menggeledah di saku belakang pun juga tidak menemukannya. Bingung.....! tanpa berpikir panjang kemudian menuju pos Satpam untuk menanyakan kunci sepeda motor. Setelah tanya Pak Satpam, dikeluarkanlah 2 kunci motor dari sakunya yang kebetulan salah satu dari dua kuncinya ternyata kunci sepeda motorku. Diambilah kunci motor dari pak Satpam sambil menunjukan STNK sepeda motornya, dengan mengucapkan terimakasih aku meninggalkan pak Satpam itu.

Pada tanggal 4 Desember kemarin ada kejadian yang sangat memukul batin rakyat Indonesia pada umumnya dan pemerintah khususnya. Ketika aku pulang dari warung makan dekat kos sekitar pukul 12.30 WIB kemudian menonton berita di TV one, jika Tv one lagi iklan langsung tak ganti Channel Metro TV terus bolak-balik seperti itu sampai bingung sendiri, apalagi di depan televisi ada sebuah koran KOMPAS yang sengaja ngambil dari tempatnya Bapak kos karena biasanya Bapak kos membaca koran tersebut pagi dan jika selesai membaca biasanya di letakan persis di atas meja depan rumahnya. Melihat koran yang tak terpakai lagi memotivasi untuk mengambilnya untuk dibaca.

Setelah menonton berita yang ada di televisi maupun koran ternyata isinya tidak jauh-jauh dari kasus klasik yang penyelesaiannya sangat pelik seperti kasus korupsi, kisruh PSSI, guncangnya partai Demokrat, pernikahan sirih di kalangan pejabat, inilah berita yang lagi hangat menjadi perbincangan. Teringat dalam buku Pengantar Komunikasi Massa yang ditulis oleh Nasrudin, peran media adalah sebagai alat untuk memberikan informasi saja namun tidak ada kontrol yang bisa memfilternya dan jika kita mengambil teori yang berkesinambungan dengan hal ini adalah teori Hypodermik atau dikenal juga dengan teori jarum suntik.

Tak terasa waktu sudah mulai sore hari, mendung pun terlihat agak gelap sepertinya mau hujan. Terdengar alunan gitar dan tembang dari kejauhan, namun suaranya lumayan jelas dan enak didengar, tembang yang didendangkannya pun lagunya Iwan Fals yang berjudul “Buku ini Aku pinjam”, televisi yang di depan mata sepertinya tidak dihiraukan karena mendengar suara tembang tersebut semakin mendekat ke arah rumahnya Bapak kos. Sejenak pergi keluar kos ternyata suara yang ditembangkan tadi sudah sampai dirumahnya Bapak kos dan kebetulan Bapak kos beserta keluarganya tidak ada di rumah.

Pengamen yang terus melantunkan lagu-lagu Iwan Fals sekitar dua laguan membuat aku tergerak mengambil uang untuk mengasih pengamen tersebut. Setelah lagu yang kedua sudah selesai langsung uang itu diberikan kepada pengamen tersebut, namun anehnya pengamen tersebut malah menyanyikan lagu lagi yaitu lagu Indonesia Raya, sejenak merasa bingung kerana biasanya pengamen jika sudah diberikan uang lekas pergi, tetapi ini malah menyanyikan lagu lagi. Dengan penghayatan yang mendalam pengamen tersebut menyanyikan lagu kebangsaan sampai selesai.

Dengan perasaan bingung dan heran, kemudian menuju ke dalam kos untuk menonton televisi kembali, pas mau masuk ke kos pengamen tersebut memanggil aku “Mas ada koran ga?” kata pengamen tersebut. Aku jawab “ada. Mau koran bekas pa koran yang baru?”. “koran yang baru aja juga ga papa”, tutur pengamen tersebut. Menuju ke dalam kos untuk mengambil koran yang dari tempatnya Bapak kos tadi. Setelah mengambil koran yang ada di dalam kos kemudian diberikanlah koran kepada pengamen tersebut. Dengan tanpa sengajamenyakan “emang korannya buat apa sih mas?”, tanya aku. Pengamen tersebut menjawab “aku pengen lihat siapa aja yang terkena kasus korupsi hari ini”, sambil menampakkan muka polos. Sedikit menahan tawa aku menuju kos.

Sepertinya masyarakat Indonesia sudah mulai cerdas dan tidak mau dibodohi lagi oleh para pemerintah, bertebarannya kasus korupsi yang ada di negara kita membuat masyarakat geram dan emosi. Kaum tertindas seperti pengamen pun berani menyuarakan suaranya melalui tembang-tembang yang berisi kritik sosial dan mempunyai jiwa nasionalisme ketika negaranya lagi terambang masalah yang sangat pelik seperti kasus korupsi yang kemudian dituangkan lewat karya lagunya. Inilah pukulan batin yang sangat menyakitkan ketika masyrakata kalangan bawah sudah menyerukan suaranya melihat pemerintah yang selalu memakan uang rakyat yang jumlahnya tidak sedikit, belum lagi masalah-masalah pelik lainnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline