Toxic relationship bukanlah cinta yang kuat, melainkan perangkap yang menghalangi kita untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Toxic relationship adalah hubungan yang tidak sehat dan beracun, racun dalam hal ini yang dimaksud adalah sesuatu hal yang berunsur negative dan merusak kenyamanan seseorang. Seringkali remaja tidak sadar akan adanya Toxic relationship tersebut, karena terbutakan oleh rasa cinta yang tinggi. Cemburu yang berlebihan, sifat egois, kebohongan, berkata kasar, ketidaknyamanan dalam hubungan merupakan ciri awal dari adanya Toxic relationship. Rasa cinta yang tinggi sering kali membuat remaja kerap berlanjut dalam hubungan tersebut dan berada dalam lingkaran setan, yakni hubungan yang beracun.
Menurut Dr. Primatia Yogi Wulandari, M.Si., Psikolog pakar psikolog Universitas Airlangga (UNAIR) seperti dilansir pada dampak pertama toxic relationship yang mengenai orang tersebut dimulai dari sisi psikologisnya seperti merasa rendah diri dan pesimis dalam kehidupannya. Hal tersebut dikarenakan adanya tekanan dari ujaran kebencian yang dilontarkan oleh pasangan sendiri sehingga orang tersebut merasa dirinya tidak pantas untuk menjadi kekasih yang baik menurut pandangan orang itu. Jika tekanan tersebut tidak mendapatkan solusi dan terus menerus mengekang pikiran dan hati seseorang, bisa saja menimbulkan stress dan depresi yang berujung pada bunuh diri.
Pada hubungan Toxic relationship komunikasi yang terjadi cenderung sepihak dan adanya sikap posesif yang berlebihan, dimana rasa ingin tahu secara detail apa yang dilakukan oleh pasangan adalah salah satu contoh dari Toxic relationship. sikap yang mengekang tersebut seringkali menahan salah satu pihak untuk berkembang menjadi lebih baik. Bagaimanapun, ketika pasangan terindikasi hubungan yang beracun, kita akan melihat adanya perilaku-perilaku beracun yang menjadi tanda bahwa hubungan tersebut tidak sehat, seperti adanya ketidaknyamanan di salah satu pasangan, egoisme, juga dominasi dari salah satu pasangan.
Remaja yang sudah terjebak dalam Toxic Relationship cenderung memiliki self esteem yang rendah, merasa dirinya tidak berguna. Dalam kondisi psikologi yang rapuh, remaja cenderung mencari pelarian atau bentuk perhatian, yang mengarah pada perilaku negatif Sehingga kadang terjerumus ke dalam hal-hal yang mengarah kepada zina. Terjerumusnya remaja dalam hubungan beracun seringkali membuat remaja merasa terjebak dan tidak memiliki kontrol atas hidup mereka, Remaja menjadi rentan dalam membuat Keputusan yang tidak sehat untuk masa depan mereka.
Dalam hal ini, penting adanya dukungan untuk remaja, baik dari keluarga,teman ataupun rekan kerja. Mereka perlu dibantu untuk mengetahui bahwa cinta yang sejati itu tidak merusak diri sendiri. Pendidikan tentang hubungan yang sehat juga perlu dikenalkan kepada remaja supaya mereka dapat mengenal tanda tanda adanya hubungan yang tidak sehat dan dapat mencegahnya dan jika pun mereka terjebak dalam Toxic relationship mereka dapat mengerti cara keluar dari lingkaran setan tersebut.
Pada akhirnya penting bagi setiap individu berhak memiliki hubungan yang sehat tanpa menguras tenaga dan pikiran. Toxic relationship tidak selayaknya untuk dipertahankan, meskipun itu terlihat seperti cinta namun itu adalah racun yang dapat merusak diri kita. Lingkungan yang memberikan dukungan sehat merupakan cara yang dapat membantu remaja untuk meraih kehidupan yang sehat dan Bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H