Lihat ke Halaman Asli

EGIE

Mahasiswa

Apakah Benar Stoikisme Itu Solusi dalam Kebahagiaan?

Diperbarui: 15 Desember 2022   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berdialektika mengenai Filsafat Stoikism yang mana 2 tahun terkahir ini menjadi salah satu topik yang populer dikalangan masyarakat Indonesia, terlalu banyak masyarakat yang merasa bahwa aliran filsafat ini menjadi salah satu acuan masyarakat untuk menciptakan sebuah prinsip kehidupan. 

Namun asumsi mengenai pembahasan yang satu ini yaitu benar atau tidak bahwasanya aliran filsafat stoikism ini menjadi solusi dari banyaknya masalah hidup yang orang-orang jalani? atau malah ternyata banyak orang yang mengklaim bahwa dirinya adalah seorang stoik?, atau yang sebenarnya tidak terlalu tahu mengenai aliran filsafat stoikism ini hanya sekedar eksistensi dan euforia belaka?

Sedikit banyak mengenai sejarah dari aliran filsafat stoikism, bahwa stoikism ialah sebuah ajaran filsafat yunani kuno memiliki 3 tokoh utama dalam aliran filsafat ini yaitu Senecca, Epic Titus dan Marcus Aurelius. 

Walaupun ini berupa ajaran kuno yang mana sudah ribuan tahun sejak pertama kalo stoikism dicetuskan, ajaran ini tetap eksis hingga saat ini. Stoikism mempelajari begitu banyak hal baik dan praktis yang bisa diterapin dikeseharian dan ada beberapa hal yang mana landasan berpikir dari aliran stoikism ini adalah fokus ke hal yang bisa kita kendalikan, jadi stoikism itu membagi hal itu menjadi dua eksternal dan internal. 

Disisi lain aliran stoikism ini juga percaya bahwa sebuah impuls dalam diri manusia juga diluar kendali manusia itu sendiri yang mana memang terkadang otomatis muncul atau ada secara tiba-tiba. Jadi aliran stoikism ini mengajarkan kita untuk fokus terhadap apa yang bisa kita kontrol, dalam bahasa psikologi memiliki nama Focus of Control. 

Yang mana memang manusia yang lebih bahagia itu tentu manusia yang memiliki Focus of Control tersebut, jadi manusia tersebut menenkan pada sesuatu jikalau dia gagal jikalau dia  sukses ya semua ini karena kepribadian diri, artinya memang fokus ke hal yang bisa dia kontrol sebagai manusia atas dirinya, bukan menuduh keadaan, nyalahin pemerintah, guru, bahkan nyalahin Tuhan sekalipun.

Kemudian mengenai landasan berpikir dari stokism ini mengajarkan bahwa hidup itu bukan hanya mengejar hal-hal ang duniawi saja, kerana dunia itu sebenarnya memang tidak dapat kita kontrol sebagai manusia. Ada lagi mengenai stoikism ini juga mengajarkan kita sebagai mansuia untuk fokus kepada perbuatan ataupun perilaku yang baik, bukan sebagai sikap bodo amat terhadap eksternal seperti di masa sekarang orang-orang yang telah salah mengartikan. Secara sederhana ajaran stoikism juga mengajarkan manusia untuk mementingkan nilai-nilai baik, bahkan stoiksm sendiri memang percaya bahwa manusia itu harusnya menyatu dengan alam. 

Jadi manusia itu sudah ada logos-nya sendiri sebagai makhluk yang rasional, dan sebagai makhluk yang irasonal ya semestinya manusia terus melakukan hal baik meskipun dilaur sana banyak orang yang melakukan hal buruk dan ini banyak orang-orang tidak tahu. Dan prinsip berpikir yang berikutnya adalah istilah soal mementomori, mementomori ini ialah sebuah hal yang diajarkan oleh stokism bahwa kita itu harus ingat sama kematian. 

Bahwa hal-hal materialistik bahkan seperti tubuh kita ini tidak adakan last forever. Secara sederhana aliran ini mengajarkan manusia untuk sadar bahwa didunia hidup itu tak akan bertahan selamanya, memang terkesan dark namun dengan menyadari bahwa one day kita bakal meninggal, kita bakal jadi lebih ikhlas menerima segala hal yang terjadi di kehidupan kita dan terpacu dalam mem-fokuskan diri ke hal-hal yamg sekiranya penting dalam kehidupan. 

Dari beberapa prinsip pemikiran aliran stoikism ini memang terkesan revelan untuk diterapkan di kehidupan kita juga mengenai salah satu dari beberapa prinsip diatas dalam stoikism yakni percaya sana yang namanya takdir, bahwa hidup ini memang sudah takdirnya.

Nah di sinilah letak masalahnya sebetulnya sistem itu sekarang populer banget dan ketika sesuatu itu sudah terlalu populer atau bahkan sudah bukan lagi merupakan ajaran filsafat yang murni filsafat tapi juga adalah sebuah industri yang memang digunakan juga oleh orang-orang di self health, di sinilah sebetulnya akan muncul banyak kesalahan atau salah kaprahan gitu tentang stoikism. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline