Masalah yang dibahas adalah dimana di NTT, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Laiskodat mengusulkan jam masuk sekolah peserta didik setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dimajukan menjadi pukul 05.00 WITA. Viktor mengatakan, budaya masuk sekolah lebih pagi bertujuan untuk mengasah kedisiplinan dan etos kerja para peserta didik.
Penyebab masalah dari sini adalah dimana "Anak itu harus dibiasakan bangun pukul 04.00 Wita sehingga pukul 04.30 Wita mereka sudah harus jalan ke sekolah sehingga pukul 05.00 Wita sudah harus di sekolah supaya apa, ikut etos kerja," ujar Gubernur NTT Viktor Bungtilu dalam video viral dilihat. Bisa dilihat dari sini gubernur NTT mau mengajukan permintaan ini supaya anak-anak SMA/SMP terbiasa dengan jam masuk untuk bisa menjalani etos kerja.
Penelitian yang dipublikasi di Journal Academic Pediatrics membahas mengenai dampak buruk bagi anak-anak yang kurang tidur. Dalam penelitian itu menunjukkan bahwa akan berdampak buruk pada tumbuh kembang anak, termasuk pada kesehatan dan kemampuan belajarnya.
Seorang anak yang tidak mendapat cukup waktu tidur cenderung memiliki mood yang tidak stabil, mudah marah, sulit konsentrasi ketika melakukan sesuatu, dan mengalami penurunan kemampuan belajar di sekolah.
Selain itu, berdasarkan penelitian tersebut menyebutkan bahwa gangguan belajar, mengingat dan analisa pada anak usia sekolah dasar dapat disebabkan oleh kurangnya jam tidur pada anak usia sekolah dasar.
Kekurangan tidur menyebabkan kinerja akademik yang buruk. Seorang siswa yang kurang tidur akan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan cenderung memiliki nilai yang rendah. Kuantitas dan kualitas tidur yang buruk juga dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, dan obesitas.
Solusi dari masalah ini sudah dirujuk/dikritik oleh Doni Koesoema sebagai Pengamat Pendidikan. Menurut Doni, tiga masalah pendidikan ini hanya bisa diselesaikan dengan sejumlah cara. Yakni, pemerintah harus mengevaluasi dan membuka akses pendidikan pada semua anak NTT tanpa kecuali. "Artinya dibangun sekolah yang baik dengan fasilitas minimal standar," jelasnya.
Selain itu, para guru perlu dilatih dan diperkuat kompetensinya dalam mengajar. Kemudian, perlu ada pelibatan publik dan kemitraan yang baik dengan masyarakat dalam membantu peningkatan kualitas pendidikan di sebuah sekolah. "Jadi intervensi kolaboratif adalah sekolah per sekolah sesuai asesmen persoalan yang mereka hadapi," tegas Doni.
Doni mengatakan, penerapan kebijakan jam masuk sekolah harus merujuk pada riset. Berdasarkan riset, kerja otak manusia mulai panas dan aktif di antara pukul 7 hingga 8 pagi. "Jadi memulai pembelajaran jam 7 atau 8 akan sangat membantu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H