Lihat ke Halaman Asli

Mereka yang Meniti Puluhan Kilometer Demi Mengais Ilmu di Bulan Ramadhan

Diperbarui: 15 Juli 2024   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stasiun Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Dokumentasi Pribadi)

Bulan Ramadhan, sebuah bulan yang suci bagi umat Muslim di seluruh dunia. Bukan hanya sekadar bulan penahan lapar dan dahaga, bulan ramadhan memiliki makna yang spesial bagi umat muslim sebagai sebuah momentum untuk refleksi diri dan mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Di bulan ini, umat muslim berbondong-bondong melaksanakan ibadah demi meraih rahmat dan berkah sang ilahi. Namun, dibalik makna dan keberkahan yang terdapat di Bulan Ramadhan, terdapat pula perjuangan yang tak terelakan bagi sebagian umat muslim, termasuk para mahasiswa yang tetap berjuang sekuat tenaga dalam menjalani rutinitas akademik.

Salah satunya seperti yang dialami Aththar (20). Pada pagi hari, sebelum matahari terbit, Aththar harus sudah bersiap untuk memulai perjalanan panjangnya menuju kampus. Dengan sepeda motornya, Aththar menempuh jarak 30 kilometer demi mengais ilmu di perguruan tinggi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Akibatnya, Aththar memerlukan waktu hingga lebih dari 2 jam untuk sampai di kampus, terlebih ketika macet.

Tentu saja, hal tersebut menjadi tantangan yang memerlukan ketabahan dan tekad yang kuat. Terlebih, ketika terdapat tugas yang menumpuk dan mengharuskannya untuk mengorbankan waktu istirahatnya,  ditambah jadwal pagi yang mengharuskannya untuk bersiap-siap menuju kampus, bahkan sebelum adzan subuh berkumandang.

“Tantangannya ngantuk di jalan, apalagi kalau malamnya nugas sampai larut, terus bangun sahur. Kadang karena mepet jadi gak tidur sama sekali, alhasil ngantuk berat dijalan dan di kampus.” Ucap Aththar.

Tentu, Aththar sadar itu semua melelahkan. Beliau mengungkap, sebenarnya beliau memiliki opsi lain selain harus menghadapi terik matahari maupun gerimis hujan ketika mengendarai motor. Salah satunya dengan menggunakan kendaraan umum seperti kereta api dan angkot. Namun, opsi tersebut mengharuskan dirinya untuk mengeluarkan dua kali lipat pengeluaran ketimbang mengendarai motor, sehingga pada akhirnya, akibat keterbatasan ekonomi, mau tidak mau Aththar memutuskan untuk mengendarai motor, dan hanya menjadikan kendaraan umum sebagai opsi kedua.

Aththar mengungkap, terkadang satu-satunya kesempatan bagi dirinya untuk beristirahat atau tidur ialah ketika jeda antar mata kuliah. Ketika terdapat jeda, Aththar mengungkap dirinya seringkali menyempatkan diri untuk beristirahat, baik itu di Masjid maupun di salah satu kosan temannya.

“Semisal jam matkul 7-12, kurang lebih jam 12 udah keluar, (lalu) ada lagi jam 4, jam 12 setelah sholat tidur di kosan temen atau di masjid.” Jelas Aththar.

Tak hanya itu, Aththar bercerita, bahkan untuk mengatur antara waktu tidur dan waktu studi saja, dirinya mengalami kesulitan. Aththar mengungkap, terkadang dirinya tak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas, sehingga terpaksa memangkas waktu istirahat yang dimilikinya. Entah itu akibat kelelahan, waktu yang terpangkas oleh lama tempuh yang harus dirinya lalui ketika pulang dari kampus, dan beragam rintangan yang harus dihadapinya.

“Iya, kalau bisa sih pas pulang ngerjain (tugas). Kalau gak bisa yah nasib, kadang pulang malem juga suka langsung ketiduran soalnya. Jadi misal bangun lagi jam 11, dari situ lanjut ngerjain tugas sampe kuliah lagi.” Keluh Aththar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline