Sabtu, 08 Oktober 2016 adalah momentum yang ditunggu-tunggu oleh para Kompasianer selama ini. Sejak pagi hari para Kompasianer datang memenuhi sebuah antrian dengan berbaris untuk melakukan registrasi ulang. Ada satu hal yang menarik untuk ditelisik lebih dalam, mengapa para Kompasianer terlihat membawa barang-barang tertentu dan memberikan benda itu kepada panitia Kompasianival?
Jawabannya adalah pada tahun ini Kompasiana kembali menghadirkan event terbesarnya yaitu Kompasianival 2016 yang berlangsung di Gedung SME Tower (SMESCO Indonesia) Jakarta Selatan. Pada tahun ini, Kompasianival mengusung sebuah tema yang menarik yaitu “Berbagi”. Itulah alasan mengapa para Kompasianer tampak membawa barang-barang tertentu ke kegiatan ini. Saat pendaftaran para Kompasianer diharuskan memilih fitur-fitur yang akan didonasikan pada pelaksanaan Kompasianival ini, mulai dari pakaian, buku. Dengan cara itulah para Kompasianer diajak untuk berbagi. Dalam kesempatan ini juga Kompasiana mengajak para kompasianer untuk berbagi melalui donor darah.
Implementasi dari tema Berbagi bukan hanya dilakukan oleh para Kompasianer saat akan dimulainya acara, akan tetapi Kompasianival 2016 adalah momentum berbagi yang begitu besar bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. Rangkaian acara disusun dengan berbagi para Narasumber dari berbagai bidang akan datang untuk berbagi inspirasi, semangat, pengetahuan, pengalaman, dan inovasi kepada para Kompasianer yang hadir.
Acara di mulai dengan sambutan dari Andi Budiman selaku CEO Kompasiana dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa Kompasiana adalah medisa sosial blog terbesar di Indonesia, hingga tahun ke-8 Kompasiana telah memiliki 350.000 User terdaftar, 2,2 Juta artikel, 133.000 artikel terbaru yang tayang dan 30 Komunitas yang berdiri. Pada Kompasianival ke-6 ini menurutnya diambil tema “Berbagi” sebagai bentuk mengingatkan betapa pentingya berbagi kepada sesama baik itu berbagi ilmu, pengalawan, kreatifitas, inovasi dan prestasi. Kompasianival adalah bentuk apresiasi Kompasiana kepada para Kompasianer.
Setelah menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Retno Marsudi selaku Menteri Luar Negeri RI memberikan gagasannya dengan berbagi Nasionalisme. Ada dua hal penting yang ia sampaikan dalam kesempatan ini yaitu digital diplomasi dan nasionalisme. Digital tidak bisa dipisahkan dari perkembangan zaman. Bahkan peran para Diplomat tetap harus ambil bagian dalam menggunakan dan memanfaatkan media digital ini dengan baik.
Menghadapi era digital, para Diplomat tidak boleh tutup mata karena dengan bantuan digital segala informasi dapat diperoleh dan diakses dengan mudah. Akan tetapi menurutnya, sebuah informasi yang akurat di era digital perlu didukung dengan kejujuran dan konektivitas yang baik. Mengenai Nasionalisme, ia menguraikan beberapa makna dari Nasionalisme yaitu (1) adanya satu keterikatan sebagai satu bangsa dan satu Negara, (2) kebanggaan, (3) rasa ingin membela Negara. Untuk seorang Diplomat pendidikan dasar yang paling penting adalah mempertebal rasa Nasionalismenya. Ia mencontohkan seorang Diplomat Muda yang sedang menjadi pembicaraan yaitu Nara. Tugas pemerintah adalah memberikan contoh yang baik. Pada intinya, siapa lagi yang akan membela kepentingan Indonesia kalau bukan kita. Setiap orang memainkan peranannya masing-masing, akan tetapi pada saat kepentingan Indonesia diganggu pihak lain kita akan berdiri bersama untuk membela.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H