Lihat ke Halaman Asli

Egi Sukma Baihaki

Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Pembajakan dan Kesadaran Sosial di Era Digitalisasi Musik

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14278205181170536503

[caption id="attachment_406936" align="aligncenter" width="300" caption="Ngobrolin Industri Musik di Era Digital bareng RIGBY/Dok. Pribadi"][/caption]

Ngulik pada tanggal 27 Maret 2015 mengusung Tema “Ngobrolin Industri Musik di Era Digital bareng RIGBY”.. Sebuah tema yang menarik dan patut untuk diperbincangkan. Bicara soal Musik di Era Digital, maka kita tidak akan asing dengan istilah Digitalisasi Musik.

Dengan berkembangnya Zaman menuju Era digital membuat Dunia Musik harus mampu beradaptasi dengannya. Namun, ibarat mata tombak trend ini memiliki sisi menguntungkan dan dampak negatif  sekaligus bagi kalangan Musisi dan Label.

Dulu kita menjumpai musik dalam bentuk kaset. Kemudian bertransformasi menjadi kepingan CD dan akhirnya menjadi Ring Back Tone (RBT). Di Era sekarang kita dapati Musik -musik telah masuk dalam bentuk digital seperti MP3 dan lain-lain.

[caption id="attachment_406937" align="aligncenter" width="300" caption="RIGBY menjawab pertanyaan dari Kompasianer/Dok.Pribadi"]

14278206001443521667

[/caption]

Mungkin mau atau tidak mau stigma surga bajakan di Indonesia memang realita yang ada. Setiap bidang tentu akan bermasalah dengan hal yang satu  ini. Khususnya kali ini mengenai musik.

Seiring dengan demam media sosial yang melanda hampir seluruh masyarakat dan menjamurnya perkembangan internet membuat pembajakan sulit di kendalikan. Nadia Fatira menyampaikan bahwa digitalisasi musik dengan media sosial sebagai ajang promosi kadang merugikan tapi bisa juga menguntungkan dalam satu sisi bagi musisi atau pihak label.

Sekarang media sosial menjadi ajang unjuk gigi bagi para Band muda atau Musisi dalam mempromosikan diri mereka atau lagu mereka. Dengan adanya Youtube pihak Label juga bisa mengetahui talenta-talenta dari pelosok negeri untuk menjaring bakat-bakat potensial.

Rigby sebagai sebuah Band asal Yogyakarta yang terdiri dari Dika (vocal), Tedy (guitar), Andy (drum), Lian (keyboard) dan Rio (bass) juga menggunakan media sosial sebagai ajang promo single mereka yang berjudul “Tuhan Jangan Lama-Lama”.

[caption id="attachment_406938" align="aligncenter" width="300" caption="Band Rigby menghibur Para Kompasianer/Dok.Pribadi"]

14278206981932596297

[/caption]

Mungkin bukan hanya Rigby, jika kita telisik lebih dalam hampir semua Musisi dan Label menjadikan media sosial sebagai ajang promosi. Namun dengan adanya layanan download yang membuat para pengujung dapat mengunduh dengan gratis membuat masyarakat hanya perlu mengeluarkan kocek sedikit. Memang tidak di pungkiri kadang media sosial juga bermanfaat dalam rangka stimulus penjualan lagu.

Tidak di pungkiri banyak aplikasi downloader yang membuat pengguna internet mudah dalam mengunduh lagu-lagu gratis dengan mudahnya. Bahkan Youtube pun menyediakan Youtube Downloader (YTD) sebagai media untuk mengunduh file musik atau film.

Masyarakat kita realitasnya memang lebih memilih sesuatu yang mudah dan gratissan. “Kenapa harus repot membeli jika ada yang gratis” mungkin ungkapan itu yang sering kita dengar.

Jika berkaca kebelakang bahwa Penjualan CD itu drop karena maraknya pembajakan. Menyikapi permasalahan itu, Iman mewakili Universal sendiri mengatakan bahwa konten musik harus tetap ada. Karena masyarakat butuh hiburan. Karena panggilan itulah walaupun dalam kondisi terpuruk Label masih terus memproduksi konten musik.

Yang di manfaatkan oleh pihak Label adalah Fans - fans fanatik yang membeli CD original dari Musisi yang dia kagumi.  Masyarakat kita itu tahunya terima beres tanpa memikirkan betapa susahnya membuat dan memproduksi sebuah lagu.

Zaman sekarang pembajakan bukan hanya berbentuk penggandaan kepingan CD tapi juga penyediaan link download gratis dan mungkin pembagian MP3 lewat flash disk kepada teman-teman di kalangan Mahasiswa juga marak terjadi.

[caption id="attachment_406939" align="aligncenter" width="300" caption="Mas Iman dari Universal menjawab pertanyaan Kompasianer/Dok.Pribadi"]

14278207731829619101

[/caption]

Mas iman sendiri lebih menganjurkan kita untuk membeli segala apa pun dari hasil seorang seniman dan musisi. Karena dengan itu tanda kita menghargai karya orang lain. Dengan membeli bajakan sama halnya kita tidak menghargai hasil jerih payah orang lain.

Kesiapan pihak Label dalam menghadapi Era digital harus disiapkan dengan sangat matang. Agar tidak kecolongan dan merugi di kemudian hari. Harus ada peran dari pemerintah yang mampu mengendalikan Permasalahan Pembajakan. Belum lagi dengan bentuknya yang digital membuat banyak Karaoke mudah memutarnya. Kadang kita mendengar di Media Televisi berita tentang permasalahan pemutaran lagu-lagu di Karaoke-karaoke yang tidak membayar royalti

Mas Iman mencontohkan Malaysia dan Singapurasebagai negeri yang bersih dari bajakan. Karena mendapat support yang besar dari pemerintah dan di dukung oleh warganya.

Untuk mencegah pembajakan, perlu di tingkatkan sosialisasi oleh pihak Label dan penanaman nilai-nilai edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menghargai karya orang lain dan bahayanya pembajakan. Walaupun hasilnya tidak pasti karena bersifat individual, namun itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Padahal sudah ada Undang-Undang No 19 Tahun 2002 yang telah mengatur dengan detail tentang Hak Cipta. Namun, masih banyak oknum yang membandel yang tidak jera juga dalam membajak karya-karya Insan Musisi Indonesia.

Butuh usaha dan kerja keras dari semua pihak untuk mengendalikan pembajakan. Baik dari segi pengawasan oleh pemerintah dan Label juga yang paling penting adalah kesadaran dari masyarakat kita dalam menyikapi pembajakan.

Pihak Universal sendiri tengah bekerja sama dengan Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) untuk menangkal pembajakan. Tapi akan sia-sia jika Pemerintah dan Label sudah bekerja dengan keras dalam memberantas pembajakan namun, masyarakat masih gemar dengan bajakan.

Mari kita dukung anti bajakan. Agar kita menjadi bangsa yang besar yang bisa menghargai karya orang lain. Bagaimana karya kita mau di hargai kalau kita tidak menghargai karya orang lain. Semoga IndustriMusikdi Era Digital ini terus maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline