Lihat ke Halaman Asli

Udang “Selingkuh” dari Dataran Lembah Baliem

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13503187521161496262

[caption id="attachment_218084" align="aligncenter" width="300" caption="Peta Wamena (Sumber : Kompasiana)"][/caption]

Salam Jelajah Gizi,

Kembali dari provinsi paling timur di Indonesia, kali ini saya akan membagi cerita tentang salah satu kuliner khas masyarakat di Lembah Baliem, sebuah dataran tinggi dengan pemandangan yang begitu eksotis karena berada pada daerah pegunungan di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Ditengah-tengah Lembah Baliem terbentang sebuah kota yang mungkin sudah kita kenal namanya, Wamena. Ya, kota ini merupakan ibukota dari Kabupaten Jayawijaya itu sendiri. Perlu diketahui lagi, letak geografis Wamena berada di ketinggian 1550-1600 meter diatas permukaan laut. Jadi tidak heran jika suhu udara di kota ini sangat dingin apalagi pada saat malam hari. Satu-satunya alat transportasi untuk menuju ke Wamena cuma bisa menggunakan pesawat udara, belum ada jalan darat yang menghubungkan wamena dengan kota-kota lain di Papua. Jadi jangan heran jika sampai disana kita akan menjumpai harga kebutuhan pokok sehari-hari yang relative cukup mahal karena memang semua barang yang diangkut kesana menggunakan pesawat.

[caption id="attachment_218086" align="aligncenter" width="300" caption="Lembah Baliem (Sumber : amazingofindonesia.com)"]

1350318828344139323

[/caption]

Nah, itu tadi sedikit dulu perkenalan dengan daerahnya, biar kita lebih gimana gitu yah hehehe.. Sekarang kita bahas kulinernya nih yang sudah ditunggu-tunggu. Sesuai dengan judul diatas, saya yakin pasti teman-teman yang membaca agak sedikit penasaran dengan kata Udang “Selingkuh”, kenapa sampai disebut udang selingkuh. Sebutan udang dengan menggunakan embel-embel selingkuh ini ternyata sudah sangat popular pada kalangan masyarakat luas di Wamena. Alasannya cukup unik, karena udang ini memiliki capit yang besar menyerupai kepiting. Jadi masyarakat disana mengira ini merupakan hasil perselingkuhan antara udang dan kepiting hehehe... Padahal, untuk udang air tawar seperti di wamena ini memang memiliki capit yang agak besar, tidak seperti udang air laut pada umumnya yang tidak memiliki capit. Jadi teman-teman tidak perlu heran mendengar istilah udang selingkuh ini, karena udang ini hanyalah udang air tawar biasa yang mendapat julukan udang “selingkuh” dari masyarakat disana.

[caption id="attachment_218088" align="aligncenter" width="300" caption="(Sumber : Google)"]

1350318962433734103

[/caption]

[caption id="attachment_218089" align="aligncenter" width="300" caption="Udang "]

13503190211215629329

[/caption]

Udang selingkuh di wamena kebanyakan diperoleh masyarakat sekitar dari sungai baliem, sungai yang mengalir melintasi kota wamena. Disana ada masyarakat yang memang sengaja datang ke sungai untuk berburu udang, jika sudah dapat mereka akan langsung menjualnya ke pasar untuk kemudian akan dibeli oleh pemborong dari pemilik restaurant atau rumah makan.

Di wamena juga ada kebiasaan unik yang agak aneh tapi memang begitu kenyataannya, jika kita memiliki udang tapi malas untuk memasaknya, kita dapat datang membawa udang tersebut ke rumah makan untuk minta dimasakan, dalam hal ini kita hanya akan membayar ongkos kerja dari si pelayan dapur plus bumbu-bumbu penyedap lainnya dan juga nasi putih. Namun kebiasaan ini tidak berlaku untuk seluruh rumah makan yang menyajikan udang selingkuh, hanya beberapa rumah makan saja yang memberikan pelayanan seperti ini, salah satunya di rumah makan blambangan di jalan trikora, wamena.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline