Lihat ke Halaman Asli

Ega Nur Fadillah

English Department IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Kanker Bisa Disembuhkan?

Diperbarui: 31 Desember 2018   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apakah kanker bisa disembuhkan?

Kanker adalah tumbuhnya sel-sel abnormal yang membelah secara tak terkendali dan menghancurkan jaringan tubuh. Hingga saat ini belum bisa dipastikan bahwa kanker dapat disembuhkan atau tidak. Bapak saya kelahiran 20 Juni tahun 1964 diagnosa menderita kanker sejak tahun 2012, sudah hampir lima tahun bapak saya hidup bersama dengan kanker. Bapak saya menderita kanker prostat yang berawal hanya tumor jinak lalu merambat menjadi tumor ganas stadium empat.

Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi lelaki. Hal ini terjadi ketika sel prostat mengalami mutasi dan mulai berkembang di luar kendali. Sel ini dapat menyebar secara metastasis dari prostat ke bagian tubuh lainnya, terutama tulang dan lymph node. Kanker prostat dapat menimbulkan rasa sakit, kesulitan buang air kecil, disfungsi ereksi dan gejala lainnya.

            Dari awal bapak saya sudah menjalani berbagai pengobatan dan perawatan intens, namun kanker ini masih saja terus saja menjalar. Dalam kondisi ini, dokter menyarankan untuk melakukan cara pengobatan terakhir dari yang telah berbagai macam cara untuk dilakukan yaitu kemoterapi.

            Kemoterapi adalah pengobatan kanker prostat seluruh badan, kemoterapi dapat mengontrol perluasan dan penyebaran sel kanker dengan efektif. Namun perlu diperhatikan juga efek samping dari kemoterapi, yaitu sel-sel lain yang bukan merupakan sel kanker juga akan dihancurkan oleh obat tersebut. Jika sel-sel normal dihancurkan, maka jaringan di dalam tubuh akan ikut hancur atau rusak.

Oleh karena itu, kemoterapi menimbulkan efek samping yang beragam. Efek samping tersebut bukan diakibatkan dari parahnya penyakit melainkan karna jaringan tubuh yang rusak akibat dari obat tersebut. Beberapa penelitian menemukan bahwa kemoterapi menyebabkan kematian pada penderita kanker. Kematian ini disebabkan karna efek samping yang diderita oleh penderita kanker, bukan dari keganasan penyakit yang diderita.

Pada dasarnya hampir setiap obat kemoterapi memiliki sifat potensial karsinogenik yang dapat merusak sel sehat sehingga dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker yang baru setelah pengobatan selesai atau di masa yang akan datang. Hal ini bermula saat adanya sel dari kanker primer yang rusak kemudian berpisah dan berhasil memasuki aliran darah menuju sistem limfatik. Sistem limfatik itu sendiri merupakan bagian dari sistem imun yang memiliki saluran ke berbagai organ tubuh. Penurunan imunitas dan faktor genetik berperan dalam proses terjadinya perpindahan karena sistem limfatik tidak dapat menangkap sel kanker tersebut hingga memunculkan sel kanker yang baru.

Sebagai penyakit kronis, kanker berdampak besar pada penurunan kualitas kesehatan dan kehidupan seseorang secara keseluruhan. Terutama jika kanker bertambah parah atau kanker yang sudah hilang kemudian kambuh kembali (reccurent). Namun tidak hanya itu, dampak serius lainnya adalah munculnya kanker baru yang tidak berkaitan dengan kanker yang sebelumnya. Komplikasi ini dikenal sebagai kanker sekunder.

            Kondisi bapak sama sekali belum ada perkembangan, dan dokter mengatakan bahwa kanker ini benar telah menjalar ke bagian tulang, dari tulang lengan hingga tulang kaki. Berbagai efek yang ditimbulkan dari pengobatan kemoterapi dan keluhan rasa nyeri ditulang yang dirasakan bapak saya begitu menyiksa.

Hidup dan mati memang bukan dokterlah yang menentukan, saya hanya bisa memohon kepada Allah atas kesembuhan bapak saya. Saya dan keluarga hanya bisa memberinya semangat dan do'a. Ketika semua usaha dan do'a telah dilakukan semuanya kembali pada Allah yang menentukan.  Saya yakin Allah selalu memberikan yang terbaik untuk bapak saya, pasti akan ada hikmah dibalik semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline