Saat ini kita tengah menghadapi tantangan era globalisasi yang modern, yang dimana perubahan teknologi yang bergerak dengan cepat. Hal ini tentu berpengaruh ke sektor-sektor lainnya seperti pendidikan, industri, ekonomi dan budaya. Untuk itu, generasi muda harus siap dan memiliki skill dan keterampilan yang mumpuni dalam menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan nantinya. Peningkatan skill dan keterampilan menjadi hal mutlak dilakukan oleh setiap orang dan tentunya generasi muda lah yang perlu di sorot untuk hal ini. Mereka harus mempersiapkan kemampuan soft skill atau hard skill ketika dalam masa pendidikan mereka, sehingga nantinya mereka dapat cepat tanggap saat masuk dunia kerja.
Namun masih banyak lulusan mahasiswa di Indonesia yang masih saja belum menguasai kemampuan-kemampuan tersebut dan menjadi sulit beradaptasi dalam lingkungan kerja dan terlebih lagi sebagian besar dari mereka yang masih menganggur di usia muda. Jika diuraikan lebih lanjut presentase tingkat penganggur yang berusia muda di Indonesia masih lebih banyak daripada jumlah pengangguran muda di dunia, artinya masalah ini penting dibahas karena akan mempengaruhi masa depan Indonesia nantinya.
Penyebab dari masalah pengangguran ini tentu karena kurangnya kemampuan soft skill yang diasah ketika mereka masih dalam masa pendidikan dan mungkin kurang serius dalam menempuh pendidikannya. Ketika memasuki dunia perkuliahan masih banyak mahasiswa yang hanya dibekali teori tapi tanpa adanya peningkatan soft skill atau keahlian yang dapat menjadi nilai lebih bagi individu tersebut. Pentingnya fasilitas untuk pengembangan soft skill juga masih kerap kurang diperhatikan oleh beberapa universitas dan hanya sekedar mempelajari teori-teori yang ada di buku saja tanpa ada kemampuan yang menjadi nilai lebih dalam diri mahasiswa.
Dengan mempersiapkan soft skill sebelum memulai masa kerja, mahasiswa akan lebih matang dan hal ini akan berpengaruh secara berkepanjangan pada masa depan individu tersebut. Pemahaman etika dasar akan mendorong seseorang akan bersikap profesional dalam pekerjaannya karena memahami dan menerapkan prinsip etika seperti kejujuran,tanggung jawab dan integritas dalam pekerjaan, dengan itu akan mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak.
Kemampuan dalam berkomunikasi dan kepemimpinan dalam lingkungan pekerjaan juga sangat dibutuhkan tidak hanya untuk seorang manajer saja, tetapi para karyawan harus memiliki kemampuan tersebut untuk dapat bekerjasama dengan individu yang lain. Seseorang dapat dikatakan profesional ketika ia mampu berkomunikasi dengan baik dan juga kepemimpinan akan membangun setiap individu agar memiliki kepercayaan diri dalam menyampaikan ide atau gagasan, memberikan pengaruh yang baik dan memotivasi kepada orang lain sesuai dengan tujuan bersama yang telah ditetapkan di suatu lingkup organisasi, artinya komunikasi yang baik dan sikap kepemimpinan yang efektif pada setiap individu akan memperkuat dinamika tim dalam bekerja sama dan mengatasi masalah yang ada pada lingkungan kerja.
Tantangan yang dihadapi para mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan soft skill ini adalah kurangnya pemahaman praktis dalam praktik secara nyata, dalam perguruan tinggi mereka hanya mendalami pengetahuan teoritis mereka dibandingkan kemampuan personal dan interpersonal mereka. Mahasiswa juga masih termakan oleh stigma yang mengatakan bahwa setiap lulusan universitas setelah lulus, mereka akan mudah mendapat pekerjaan. Nyatanya hanya beberapa saja yang memiliki value yang sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang dapat diterima pekerjaan, calon pekerja harus berkompetitif dalam mengembangkan value mereka. Yang terakhir adalah kurangnya fasilitas pendukung yang disediakan kampus untuk mengembangkan soft skill mahasiswa seperti kegiatan praktek dalam pengaplikasian kemampuan komunikasi dan memimpin dalam suatu kelompok.
Selain itu, kurangnya eksposur terhadap dunia kerja nyata juga merupakan hambatan utama, karena mahasiswa sering kali tidak memiliki cukup kesempatan magang atau kerja untuk meningkatkan keterampilan mereka. Banyak universitas yang belum menjalin kemitraan yang kuat dengan industri dan perusahaan yang dapat memberikan mahasiswa platform untuk belajar tentang tantangan dan dinamika dunia kerja nyata. Dan juga, jadwal yang padat seringkali menyulitkan siswa untuk aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang membantu mengembangkan soft skill. Sulitnya membagi waktu antara belajar dan kegiatan pengembangan diri membuat banyak mahasiswa tidak mempunyai kesempatan optimal untuk meningkatkan keterampilan interpersonalnya.
Untuk itu, mahasiswa harus melewati tantangan yang ada pada lingkup pendidikannya dan berusaha mengemmbangkannya secara mandiri, terlepas dari keterbatasan fasilitas yang disediakan oleh kampus. Mencari mentoring ataupun mengikuti seminar/workshop juga dapat menjadi solusi mahasiswa untuk dapat mengembangkan kemampuan tersebut tanpa adanya hambatan. Dengan ini mahasiswa akan memahami bahwa kemampuan ini akan mendorong diri mereka menuju kesuksesan dapat lebih siap untuk menghadapi dunia kerja yang bergerak dengan cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H