Lihat ke Halaman Asli

Ega Asnatasia Maharani

A wanderer soul

Persepsi, Sebuah Dialog antara Nalar dan Data

Diperbarui: 21 Januari 2020   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi antara nalar dan membaca fakta. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Keraton Agung Sejagat dan Memiles, dua kasus ini meskipun terjadi di lokasi dan pada orang-orang berbeda namun memiliki kesamaan: ada motif ekonomi di baliknya. 

Banyaknya kasus dengan motif serupa sebelumnya membuat kita tentu bertanya-tanya: kok bisa terjadi lagi? Mengapa masih ada orang bisa tertipu dengan cerita dan skema yang (bagi kita) tidak masuk akal? 

Apakah masih kurang pemahaman dari banyaknya kasus penipuan berkedok investasi sebelumnya? Mengapa orang-orang dengan status sosial-ekonomi-intelektual yang memadai masih rentan menjadi korban?

Sebelum menjawabnya,  saya ingin mengajak Anda melihat bagaimana cara kerja pikiran dalam memahami-memproses informasi, dan membuat keputusan.

Harus diakui, banyak hal keliru yang sudah terlanjur kita percayai. Prof. Bobby Duffy, penulis buku The Perils Of Perception: Why We're Wrong About Nearly Everything (2018) menjelaskan betapa mudahnya mispersepsi terbentuk oleh pikiran manusia ketika melihat berbagai peristiwa. 

Jika seseorang secara acak mengajukan pertanyaan: "apakah Tembok Besar Cina terlihat dari luar angkasa?" sementara Anda adalah bagian dari populasi umum saat ini, maka ada 50% kemungkinan Anda akan menjawab "Ya".

Jawaban ini bisa  berasal dari beberapa kemungkinan. Pertama, mungkin selama ini Anda tidak benar-benar memperhatikan data tentang Tembok Besar Cina. 

"Betapa mudahnya mispersepsi terbentuk oleh pikiran manusia ketika melihat berbagai peristiwa."

Sesekali Anda mungkin pernah mendengar tentang betapa megah-dan-panjangnya tembok itu sehingga membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk berjalan kaki menyusurinya. 

Selama data permanen tidak tersedia, Anda akan menyerap informasi ini dan membuat gambaran mental tentang ukuran Tembok Besar Cina yang sesungguhnya. 

Padahal faktanya, lebar tembok warisan budaya itu hanyalah seukuran 9 meter!. Tidak lebih besar dari rata-rata lebar rumah di Indonesia. Dengan fakta ini saja, melihat Tembok Besar Cina dari luar angkasa sudah menjadi ide yang absurd.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline