Siang ini cerah, bahkan panas matahari terasa menyengat. Membuat kepala ku ini sampai merasa pusing. Tapi saat melewati lapangan, banyak anak-anak bermain bola disana. Mungkin karena sudah hobi, tidak peduli cuaca sepanas ini, atau memang aku saja yang sedang kurang sehat.
Aku lanjutkan jalanku menuju ke rumah. Kali ini melewati jalan yang dipinggirnya banyak pepohonan, jadi udara sejuk lebih terasa dengan semilir angin, dan tidak terasa panas lagi karena daun-daun pohon menutupi sinar matahari yang memancar. Melewati rumah besar di kanan jalan yang katanya angker. Aku juga melihat suasana rumah itu gelap, tapi masih ada penghuni di sana, yaitu pemiliknya sendiri. Tetap berjalan biasa saja, tidak perlu berlari terbirit-birit walaupun memang suasananya berbeda.
Langkah demi langkah akhirnya aku sampai di rumah.
"Naya, akhirnya pulang dari bantu di sawah, sekarang makan dulu."
"Habis bantu di sawah, tapi gak kelihatan keringatan." Ucap tetanggaku yang ada di teras rumah
"Saya cuma mengantar makanan buat paman dan bapak." Setelah itu aku langsung masuk ke dalam rumah, lalu makan makanan yang memang sudah disajikan di meja makan.
Aku makan dengan sangat lahap, banyak minum air putih, bahkan tidak cuma dua gelas saja karena kepanasan dan harus berjalan tadi. Dari ruang makan ini, aku juga mendengar obrolan-obrolan tetangga dengan ibuku.
"Naya usia berapa? Apa seusia Dini?"
"Memang sepantaran." Jawab ibuku singkat
"Oh begitu, berarti lulus SMA ya?"
"Iya, habis ini mau lanjut kuliah. Juga bantuin aku dagang di rumah."