Lihat ke Halaman Asli

Tidak Ada Sniper di Kepolisian

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Tentu kita sering mendengar istilah sniper. Apalagi saat ini sedang beredar film American Sniper. Keseringan kita mendengar istilah ini sejalan dengan salah-guna istilah sniper oleh media. (Contoh lihat http://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/12/10132141/Tiga.Penembak.Jitu.Kawal.Ahok.di.Kali.Sunter). Kekurangpengetahuan si pewarta makin menyesatkan pembaca dalam mencerap (to perceive) pengertian sniper.

Pada berita tersebut dikatakan bahwa penembak jitu adalah sniper. Memang benar seorang sniper mutlak mempunyai kecakapan menembak jitu, namun seorang sniper bukan untuk tugas pengawalan dan yang sangat mendasar ialah tidak ada sniper di kepolisian. Sniper lebih tepat diterjemahkan sebagai penembak runduk.

Penembak Runduk

Istilah sniper mulai dikenal pada 1770-an di daerah koloni Inggris di India. Di daerah tersebut ada jenis burung bernama snipe yang sangat sukar dijangkau, didekati, dan ditangkap. Orang yang mempunyai kecakapan menangkap burung itu disebut sniper. Sudah barang tentu untuk menangkap burung tersebut butuh ketelatenan dan juga kecakapan menyaru (camouflage) dengan mengendap-endap atau merunduk sehingga kehadiran si penangkap tidak disadari dan diketahui oleh burung tersebut. Oleh karena itu sniper di masa modern lebih tepat disebut dengan penembak runduk.

Orang yang menggunakan senapan laras panjang yang punya kecakapan menembak dengan ketepatan tinggi tidak serta merta disebut dengan penembak runduk. Seorang penembak runduk, selain dilatih menembak jitu jarak jauh, ia juga dilatih menyaru dan mengintai serta memberikan informasi kepada pengguna. Tugas tersebut harus didukung kecakapannya menyusup ke daerah musuh. Penembak runduk bertugas untuk berperang atau mendukung intelijen militer. Dari istilahnya sendiri, maka seorang penembak runduk dalam menjalankan tugas seperti siluman, karena nyaris tidak kasat mata.

Penembak runduk membekali diri dengan senapan runduk bolt-action dengan jangkauan tembak lebih daripada 800 meter. Penembak runduk bertugas didampingi oleh seorang pengarah (spotter) yang menganalisis cuaca mikro seperti kecepatan angin dan memverifikasi sasaran tembak.

Penembak runduk yang mencatatkan diri sebagai penembak sasaran jangkauan terjauh adalah Kopral Craig Harrison (Kesatuan Kavaleri Inggris). Ia melakukannya dalam perang di Afganinstan pada November 2009. Jangkauan tembakannya ke sasaran yang terbunuh adalah 2.475 meter. Saat ini Harrison masih memegang rekor terjauh. Chris Kyle, seorang penembak runduk anggota U.S. Navy Seal yang kisahnya ia tulis dalam buku dengan judul American Sniperyang kemudian difilmkan dengan judul yang sama, mencatatkan angka 1.920 meter sebagai jangkauan terjauh yang dibuatnya pada Agustus 2008 di Irak.

Penembak Jitu

Di dalam kepolisian, karena sifatnya penjagaan keamanan dan penegakan hukum, tidak boleh ada penembak runduk atau sniper. Penembak jitu yang sering kita lihat bukanlah sniper, melainkan marksman atau sharpshooter. Istilah marksman lebih sering digunakan, termasuk menjuluki pebola yang banyak mencetak gol. Penembak jitu di kepolisian atau badan penegak hukum lainnya harus jelas posisi ia (atau mereka) ditempatkan untuk penjaga keamanan.

Fungsi penembak jitu tersebut bukan untuk memburu sasaran, melainkan mendukung petugas penjagaan untuk menambah efek gentar bagi calon pengganggu atau penyerang dari objek yang dijaga oleh polisi atau tim penegak hukum. Penembak jitu tidak dilatih untuk membunuh tetapi melumpuhkan sasaran.

Senapan yang digunakan oleh penembak jitu adalah senapan serbu (assault rifle) yang telah dimodifikasi dan dilengkapi teleskop. Dari cara menembak pun ia/mereka tidak merunduk, karena ia/mereka memang tidak menggunakan senapan runduk seperti yang digunakan oleh penembak runduk.

Semoga media tidak salah-guna lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline