Topik Asuransi Pendidikan atau Tabungan Pendidikan sering menjadi perbincangan hangat diantara para orang tua yang sedang lagi giat-giatnya menabung untuk masa depan pendidikan buah hatinya.
Banyak yang bingung sebenarnya Saya menabung rutin dengan membuka tabungan di Bank dengan buka rekening QQ nama anak atau ikut Program Tabungan Pendidikan yang banyak ditawarkan para agen asuransi dimana anak dimasukkan jadi tertanggung utamanya dan Orang Tua sebagai tertanggung tambahan dimana jika orang tua mengalami resiko maka anak bebas setorannya sampai dengan usia tertentu, pada umumnya sampai 18 tahun atau 25 tahun. Atau Orang Tua yang ikut asuransi jiwa, cacat tetap, dan asuransi sakit kritis agar jika orang tua mengalami resiko dana pendidikannya langsung tersedia buat anak-anaknya?
Dalam hal ini ada 3 kelompok orang tua dalam menyiapkan Dana Pendidikan untuk buah hati tercintanya. Ini bukan mencari yang mana yang benar dan yang mana yang salah, tetapi mana yang terbaik buat masa depan anak. Mari kita bahas satu persatu.
Kelompok pertama, orang tua yang dengan konvensional menabung di Bank dengan membuka rekening QQ anaknya. Pada umumnya program ini banyak di Bank dan dijanjikan dengan bunga yang lebih tinggi dengan tabungan biasa. Biasanya ada yang 4% bahkan ada yang menyamai bunga deposito sekitar 5-7 % beda Bank beda kebijakan. Bunga di Bank dipotong pajak bunga 20% jadi bunga bersihnya sebenarnya tidak sesuai dengan persentase bunganya.
Kelemahan program ini setidaknya ada dua. Yang pertama, bunganya di bawah nilai inflasi biaya pendidikan di Indonesia yang mencapai sekitar 10%. Tentunya sangat tidak disarankan kita menabung dengan hasil dibawah inflasi. Kedua, jenis tabungan ini tidak memberikan solusi jika orang tua sebagai penabungnya terjadi resiko tutup usia dini, cacat tetap atau sakit kritis sehingga tidak mampu lagi menyetorkan setoran bulanannya, siapa yang melanjutkan tabungan anaknya? Lalu bagaimana masa depan pendidikan anaknya?
Kelompok kedua, orang tua yang memilih ambil program asuransi yang banyak ditawarkan agen asuransi dimana anak dimasukkan asuransi dan orang tua sebagai penanggungnya. Jika orang tua terjadi resiko sakit kritis, cacat tetap, atau tutup usia dini maka pihak asuransi yang akan melanjutkan setorannya hingga usia anak 18 tahun atau 25 tahun. Jika orang tua tidak terjadi resiko apa-apa nanti Saldo nilai tunai investasinya bisa diambil saat anaknya membutuhkan biaya yang cukup besar, biasanya mau masuk perguruan tinggi. Cukup menarik namun kelemahan program ini hanya menjamin kelanjutan setorannya namun bagaimana dengan biaya hidup anak-anak?
Kelompok ketiga, orang tua yang masuk program asuransi yang Saya sebut Asuransi Pendidikan Anak. Orang tua membuka Program asuransi dengan jaminan jika terjadi resiko sakit kritis, cacat tetap, atau tutup usia dini atas dirinya maka langsung tersedia jaminan dana pendidikan anaknya lebih awal. Misalnya saja Uang Pertanggungannya 1 Milyar maka uang tersebut dapat langsung diinvestasikan untuk biaya pendidikan anaknya kelak. Manfaatnya bisa dibagi dua. 500 juta ditabungkan untuk dipakai biaya hidup dan 500 juta lagi dapat diinvestasikan di lembaga investasi yang memberikan hasil investasi di atas inflasi pendidikan misalnya di reksa dana atau di unit link.
Namun jika ternyata orang tua tidak terjadi resiko apa-apa hingga anaknya mau kuliah dan butuh biaya yang besar maka saldo nilai tunai investasi dalam polis orang tua ini bisa diambil untuk biaya kuliah anaknya. Pada umumnya program ini banyak tersedia hampir diseluruh perusahaan asuransi.
Jika tujuan Anda untuk menjaminkan biaya kuliah anak lebih terjamin Saya menyarankan Anda mengikuti kelompok ketiga, mengambil program Asuransi Pendidikan Anak bukan Tabungan Pendidikan Anak.
Demikian dulu pembahasan kita kali ini, nantikan tulisan-tulisan Saya berikutnya seputar Perencanaan Keuangan.
Salam hangat untuk keluarga Indonesia