Lihat ke Halaman Asli

Efrem Siregar

TERVERIFIKASI

Tu es magique

Amanda Gadis Pemberontak (Bagian 4 Tamat)

Diperbarui: 10 Maret 2021   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gadis. (Foto: Ohurtsov/Pixabay)

Kepolisian akhirnya menetapkan 19 murid sebagai tersangka karena kepemilikan senjata tajam yang mereka bawa. Sisanya, dipulangkan setelah pemanggilan orangtua di bawah surat perjanjian. 

Total, sebanyak 31 murid dari 6 sekolah berbeda digelandang. Yang membuat Kasat Reskrim merasa geram adalah kecerobohan dia untuk menggagalkan pecahnya tawuran. Alasan yang menurutnya sepele, dipicu saling ejek di media sosial, andai saja timnya bertindak cepat membaca tanda-tanda.

Di sana, Amanda menjadi satu-satunya perempuan di antara pelaku tawuran. Mengenai peran, dia tertangkap menenteng balok kayu yang menurut kepolisian setelah mendengar keterangannya adalah alat untuk melindungi diri.

Aku memandang Amanda yang menyendiri sambil mengira celah untuk bisa duduk mendekatkan badan ke pundaknya. Aku membayangkan kekonyolan di tempat yang disesaki bandit-bandit muda. Terlintas kemarahan pada guratan wajah Amanda yang memberikan rasa berbeda untuk menangkap badannya dari posisi berbeda. Aku mudah sekali menangkap aura yang menggairahkanku dari cincangan matahari.

Tawuran ini merupakan pertarungan antar geng pemuda yang secara kebetulan keberadaan tiap anggota tercecer di sekolah dan kelas yang terpisah. Aku menaruh belas kasihan kepada tersangka yang berpeluang kecil bisa mengikuti ujian nasional kecuali atas belas kasihan dan pertimbangan tertentu. Mungkin mereka juga tidak akan peduli.

Salah seorang wartawan mengusap janggut berbincang kepada petugas. Dia rupanya mengenali Amanda karena pernah mengikuti pergerakan dia bersama mahasiswa. Aku mendengarkan wartawan itu menaruh keperihatinan terhadap kelakuan Amanda. Tetapi, dugaan si wartawan bisa jadi sangat lemah untuk menghubungkan posisi Amanda dan keterlibatan kelompok pergerakannya. 

Siang hari ini memanggang lebih panas badan-badan kami di lapangan. Amanda menunggu giliran pulang bersama Ibunya yang sudah menunggu sejak pemberitahuan diterima dua jam lalu.

Satu yang pasti yang membuatku terdiam ketika seorang lelaki turut mendampingi Ibunya datang membawanya pulang. Aku berprasangka bahwa lelaki itu adalah abang atau saudara lain Amanda meski tidak terlihat kemiripan di antara kulit dan mata mereka. Pada akhirnya, aku mengetahui bahwa lelaki tersebut adalah kekasihnya, kurang lebih.

***

Ujian Nasional berakhir, kelulusan siswa diumumkan. Sejak tawuran itu, aku lebih banyak menyaksikan wajah Amanda dalam bingkai layar gawai. Hati mendidihkan ingatan ketika memutar waktu ke masa lalu di mana Amanda memeluk jari lelaki tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline