Lihat ke Halaman Asli

Efrem Siregar

TERVERIFIKASI

Tu es magique

Tanggapan Atas Cuitan Refly Harun, Apakah Menyebut Pejabat Bodoh Kritik, Fitnah, atau Ujaran Kebencian?

Diperbarui: 17 Februari 2021   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuitan Refly Harun. (Tangkapan layar Twitter/ReflyHZ) 

Polan, seorang pemuda yang tinggal di Rayong, wilayah pesisir Thailand Selatan, berangkat dari rumah menuju tepi pantai. Segala bekal dan perlengkapan memancing telah disiapkannya dengan harapan dapat menangkap ikan sebanyak mungkin dari tengah laut.

Setibanya di pantai, dia secara tidak sengaja melihat sebuah botol sirup bertutup gabus terombang ambing terseret gulungan ombak. Karena penasaran, dia mengambil botol tersebut dan menemukan secarik kertas di dalamnya. Wajahnya tampak girang mengira kertas tersebut memuat peta harta karun atau petunjuk ke ruang rahasia.

Saat diperiksa, kertas itu ternyata berisi cetakan tangkapan layar cuitan berbahasa Indonesia. Dalam kertas itu, terpampang nama akun Refly Harun @ReflyHZ.

"Kalau saya bilang pejabat itu bodoh dan memang bodoh. Apakah ini kategorinya: kritik, fitnah, hinaan, ujaran kebencian, atau berita bohong?" demikian isi cuitan di dalam kertas tersebut.

Setelah melihat itu, mimik muka si Polan pun berubah menjadi kesal lantaran tidak mengerti sama sekali isi tulisan berbahasa Indonesia. Dia tidak mendapatkan makna apapun dari sana. Karena itu, dia memasukkan kembali kertas itu ke dalam botol dan melemparkannya jauh ke hamparan laut.

Cerita di atas hanya fiktif belaka. Tetapi mengenai isi cuitan Refly Harun, itu fakta. Ia menuliskannya melalui akun Twitter pada tanggal 16 Februari 2021.*

"Kalau saya bilang pejabat itu bodoh dan memang bodoh. Apakah ini kategorinya: kritik, fitnah, hinaan, ujaran kebencian, atau berita bohong?"

Cuitannya mendapat beragam komentar warganet yang membanjiri kolom balasan. Warganet tentu memiliki pengetahuan, latar, konteks, dan situasi terhadap tulisan Refly Harun. Beberapa warganet terlihat geram, sebagian lainnya memberi umpan balik yang biasa-biasa saja.

"Lho Prof kalau sampean bilang pejabat bodoh ya penghinaan lah. Kalau sampean bilang kebijakan A kurang tepat atau justru bilang salah karena bla bla bla dgn argumen dan data yg jelas disertai saran yg menurut sampean tepat itu baru kritik dan saran. Itu baru kritik membangun," balas salah satu pengguna.

Apa yang bisa diketahui dari cuitan Refly Harun di atas? Itu adalah bentuk diskursus atau wacana. Dalam kebahasaan, satuan tertinggi bahasa itu adalah ngalor-ngidul, wacana, lari kian-kemari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline