Melalui Twitter, juru bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman mengunggah foto yang memperlihatkan sejumlah orang menenteng spanduk bertuliskan "Komunitas ITB Pendukung Khilafah". Postingan diunggah pada 14 Februari 2021.
Menerangkan foto, Fadjroel Rachman menuliskan "sedih banget melihat almamaterku seperti ini :( ~ FR".
Adanya tulisan "FR" di akhir cuitan menandakan pendapat tersebut adalah tanggapan pribadi dirinya, bukan sebagai juru bicara Presiden.
Keprihatian Fadjroel ternyata disambut komentar ratusan warganet. Komentar beragam dari membela dan kontra. Sorotan warganet ialah muatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam foto tersebut.
Seperti diketahui, HTI sudah dibubarkan pemerintah pada 2017 silam. Pencabutan status tersebut dilakukan sebagai tindak lanjut Perppu 2/2017 yang mengubah UU 17/2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, mengutip Kompas.com.
Timbul pertanyaan. Dari sekian banyak persoalan di Tanah Air, kenapa isu HTI dimunculkan? Sebab belakangan ini, sepengetahuan saya, HTI nyaris tidak terlihat melakukan pergerakan berarti, kecuali isu-isu yang berseliweran.
Karena itu, publik memiliki persepsi lain menanggapi cuitan tersebut. Mungkin pemerintah atau ITB mempunyai pandangan masing-masing. Tetapi, ada isu utama selain HTI yang sejatinya perlu dipikirkan.
Salah satu pengguna menyampaikan kritik. Menurutnya, seharusnya yang disedihkan sekarang adalah soal dana bansos yang dikorupsi, pandemi Covid-19 yang belum berakhir, dunia pendidikan yang masih daring dan tumbuh kembang anak dalam bersosial.
Fadjroel Rachman sebelum menjadi jubir selama ini dikenal sebagai aktivis yang bertarung bebas untuk berkomentar apapun. Itu dulu.
Sekarang dengan posisi juru bicara resmi Presiden, ada tugas berbeda yang harus diemban. Jubir memiliki keharusan untuk menjaga jarak dari kepentingan pribadi ketika menampilkan diri di hadapan publik.