Lihat ke Halaman Asli

Efrem Siregar

TERVERIFIKASI

Tu es magique

Perlukah Pemerintah Indonesia Bertindak 'Keras' seperti Inggris Hadapai Virus Mutasi Corona?

Diperbarui: 5 Januari 2021   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Kantor Tribun Network, Jakarta, Selasa (1/9/2020). Foto: (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

PM Boris Johnson mengatakan akan mengambil tindakan 'keras' (to take tougher measures) menyusul kenaikan kasus Covid-19 di Inggris yang dipicu virus mutasi. Pernyataan itu menimbulkan desas-desus di tengah merebakanya virus mutasi corona, kapan tindakan keras itu akan dilakukan?

Boris Johnson hanya menyampaikan, pemerintah akan mengumumkannya pada waktu yang tepat, laporan BBC News, 4 Januari 2021.

Itu adalah sedikit perdebatan di Inggris ketika virus mutasi corona mendorong kenaikan kasus Covid-19 meningkat begitu cepat. 

Varian baru virus corona juga ditemukan di Afrika Selatan yang bermutasi jauh dari yang ada di Inggris, laporan Aljazeera.

Namun, di Indonesia, virus mutasi corona dilaporkan belum terdeteksi sampai ke sini. Pemerintah telah melakukan larangan WNA masuk ke Indonesia dari tanggal 1 sampai 14 Januari 2021.

Meski demikian, penanganan di Inggris layak menjadi rujukan Indonesia sebagai tindakan antisipasi ke depan.

Pertama, kenaikan tinggi kasus Covid-19 mengharuskan Inggris untuk 'lebih ketat membatasi pergerakan dan kerumunan'.

Kedua, peningkatan kapasitas kamar RS harus diprioritaskan.

Bagaimana di Indonesia?

Selain antisipasi masuknya virus mutasi corona, Indonesia saat ini tengah menghadapi ancaman lonjakan kasus pasca-liburan Natal dan Tahun Baru.

Menko Perekonomian yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto, usai rapat terbatas bersama Presiden Jokowi, 4 Januari 2020, mengatakan, pemerintah mendorong kapasitas rumah sakit (RS) ditingkatkan sebesar 30 persen untuk merawat pasien Covid-19, laporan Kompas.com.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline