Lihat ke Halaman Asli

Efrem Siregar

TERVERIFIKASI

Tu es magique

Presiden Joko Widodo Gratiskan Vaksin Covid-19, Apakah Kita Harus Berterima Kasih?

Diperbarui: 17 Desember 2020   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo mengumumkan vaksin Covid-19 gratis kepada seluruh rakyat Indonesia, Rabu (16/12/2020). (Foto: Twitter/KemensetnegRI)

Presiden Joko Widodo mengumumkan vaksin Covid-19 tersedia secara gratis kepada masyarakat. Apakah kita harus berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo atas keputusan tersebut?

Terima kasih, bentuk ungkapan syukur. Orang Italia mengatakan grazie, kata ini secara etimologi merujuk pada bahasa Latin: gratia yang bila diartikan lepas, adalah rahmat atau syukur. Dengan kata lain, salam itu disampaikan untuk memuliakan.

Gratia, kemuliaan kepada Ilahi namun juga diarahkan kepada manusia. Sebagai contoh Deo gratias--syukur kepada Allah--yang diucapkan umat Katolik, disalamkan kepada sesamanya, dengan kata lain, harapan dan doa dari Allah melimpah kepada manusia.

Demikian suku-suku di Indonesia memiliki bahasa tersendiri untuk mengekspresikan rasa syukur. Derajatnya memiliki tingkatan, katakanlah orang Jawa menuturkan, matur sembah nuwun sebagai bentuk kesopanan tinggi, lalu ada nuwus (basa walikan Malang) yang disampaikan kepada teman atau orang lain sebagai penanda keakraban.

Tetapi, bahasa Indonesia menempatkannya secara netral. Cukup tuturkan terima kasih. Jika dirasa kurang, tinggal tambahkan kata untuk menjamakkannya, "terima kasih banyak, beribu terima kasih".

Atau barangkali, bisa terngiang-ngiang sepanjang waktu, teleponlah orang bersangkutan untuk mengungkit yang sudah-sudah, "Terima kasih banget, lho kak, sekali lagi, ngga nyangka banget."

Jika saya berpendapat, ketika program vaksinasi digratiskan, saya tentu menyampaikan ucapan terima kasih atas keputusan Presiden Joko Widodo. Terima kasih, bukan trims, thx, ty yang selain pelit digores ke tulisan, juga menandakan bahwa kata-kata itu kosong yang sekadar disampaikan untuk lalu-lalang normatifnya kehidupan bermasyarakat.

Keputusan menggratiskan vaksin tentu berangkat dari pertimbangan yang menguras banyak pikiran dan membutuhkan keberanian besar. Konsekuensinya berdampak ke alokasi anggaran, begitu juga bagaimana menyelaraskannya sampai ke pemerintah daerah merupakan tantangan yang harus dihadapi.

Namun, sebagian orang juga merasa tidak perlu menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden Jokowi.

Pemerhati Covid-19, Firdza Radiany, misalnya mengatakan dalam cuitannya, "Kasihan rakyat Indonesia, sampai harus berterima kasih dan apresiasi kepada Presiden atas apa yang seharusnya menjadi HAK rakyat Indonesia ; yaitu vaksin gratis. Suasana bernegara ini sangat menyedihkan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline