Berita penangkapan Menteri KKP Edhy Prabowo yang dilakukan KPK menambah mimpi buruk negeri ini yang tengah berjuang keluar dari hantaman pandemi Covid-19.
Sang menteri diamankan bersama pejabat KKP dan anggota keluarganya di Bandara Soekarno Hatta dini hari tadi, menurut laporan Kompas.com, Rabu (25/11/2020).
Kita belum tahu peristiwa apa yang disangkakan kepada sang menteri, apakah kasus itu dilakukan sebelum masa pandemi atau saat masa pandemi ini. Saya adalah manusia biasa, tetapi sewaras-warasnya berpikir, saya menyadari bahwa ada moral yang terdegradasi bila seseorang berlaku korup.
Penangkapan Menteri Edhy secara seremonial dilampiaskan dengan membanjirnya permintaan warganet di Twitter agar Susi Pudjiastuti diangkat sebagai penggantinya.
Namun, persoalan korupsi sesungguhnya bukan semata timbul dari dorongan individual seseorang. Penangkapan Menteri Edhy memberi petunjuk untuk membaca hawa di kabinet pemerintahan sekarang.
Ada kemungkinan 'toxic relationship' di antara pejabat yang bekerja secara halus memanfaatkan situasi yang ada.
Ada kemungkinan dukungan yang tidak sportif dalam menjalankan visi sang Presiden. Apalagi pemerintah kali ini tengah mengupayakan masuknya investasi yang mana korupsi adalah faktor utama pengganggu iklim investasi di Indonesia menurut pengamatan World Economic Forum (WEF).
Saya menyebut toxic relationship sebagai pengganggu visi Presiden, sebab irama yang tergaung selama ini setidaknya dapat disimak dalam beberapa isu setahun ini.
Salah satunya ketika Presiden Jokowi pernah memberikan teguran kepada menteri kabinetnya saat rapat kabinet Juli 2020 lalu.
Presiden meminta menteri untuk memiliki sense of crisis yang sama berkaitan dengan penanganan Covid-19. Pesan yang sama disampaikan Presiden pada Oktober lalu yang menyinggung buruknya komunikasi publik pejabatnya dalam menyampaikan UU Cipta Kerja.